18.01.2018 Views

Novel_Bingkai Batas

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

terasa segar sekali. Aku mandi, dan baru sadar pesan<br />

ibuku setelah aku menggigil kedinginan.<br />

Dengan pakaian yang basah. Aku kembali ke<br />

pondok dari bambu yang dibangun dengan tangan<br />

Bapakku. Ikan hasil pancingan aku masukan ke dalam<br />

bakul, wadah dari bambu hasil ayaman ibuku. Hari mulai<br />

meninggi, tampak dari jauh Wakku sedang menunaikan<br />

Sholat Zuhur tepat di bawah pohon jambu depan<br />

pondoknya. Dia seakan-akan memangilku untuk kawan<br />

mengobrol. Pangilan itu begitu kuat masuk ke dalam<br />

alam pikiranku, wajah bersih dan senyum yang<br />

kharismatik itu menganggu sekali. Begitu dia selesai<br />

sholat, aku berlarian ke pondoknya yang memang tidak<br />

jauh dari Pondok sawah kami. Dia senang sekali ketika<br />

aku sampai di pondoknya, keluarlah ubi rebus, secara<br />

reflek aku langsung bergegas menyeduh kopi dengan<br />

gula aren.<br />

Kami duduk diteras pondoknya, angin sepoi-sepoi<br />

yang membawa aroma padi meniup wajah kami. Dia<br />

mulai cerita tentang ajaran Thariqah Qadiriyah<br />

Naqsabandiyah, karena semangat. Dia tidak sadar ketika<br />

itu umurku baru 8 tahun. Otak belakangku bagian kiri<br />

257

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!