Novel_Bingkai Batas

“Maksudnya begini Nak.” Ibuku berhenti dia lalu
mengusap mataku yang mengeluarkan air karena asap
dengan telapak tangannya. Aneh, telapak tangannya
dingin tepatnya adem, dan terasa nyaman sekali. Dan, itu
langsung meredakan pedih mataku akibat asap. Aku tahu,
itu telapak tangan iklas dan penuh kasih sayang. Bukan
telapak tanggannya yang menempel di mataku, tetapi
hatinya. Hati yang penuh kasih dan cinta tak terbatas.
“Pertama,” sambung ibuku.
“Bahasa itu berasal dari teori kata kerja dan
proposisi. Bahasa bukanlah bermula dari ekspresi tetapi
dari suatu uraian pikiran, kata yang keluar dari mulut
manusia dapat dikenali merupakan elemen dari sebuah
bangunan uraian atau proposisi.” Akupun binggung.
Lalu ibuku memberikan contoh.
“Misalnya, bila ada orang yang mengatakan
‘Tidak’ dalam teori ini, itu bukan berarti langsung bisa
dipahamai sebagai suatu penolakan, tapi kata ‘tidak’
harus diletakan dahulu dalam keseluruhan proposisi,
karena ia merupakan bagian dari semisal pikiran,” Aku
masih tetap binggung, ibuku tahu aku binggung, aku
tidak mengeluarkan kata-kata meski mulutku terbuka.
84