18.01.2018 Views

Novel_Bingkai Batas

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Nak.” Kata ibuku sambil mengangkat wadah<br />

tempat air yang sudah mendidih, lalu mengantikannya<br />

dengan periuk nasi yang sudah menghitam pekat karena<br />

meng-arangnya asap. Dia lalu membuatkan segelas teh<br />

hangat untukku. Dan masih terniang-niang kata-kata ini<br />

ditelinggaku.<br />

“Nanti tidak ada lagi periuk, tidak ada lagi kerak,<br />

tidak ada lagi gerigik (tempat air dari bambu) semua<br />

bahasa untuk menyebutkan periuk, kerak, gerigik akan<br />

hilang dan beberapa berganti seiring berkembangnya<br />

kebudayaan dan teknologi.” kata ibuku.<br />

Selain sebagai anak laki-laki yang menemani<br />

ibunya memasak, obrolan-obrolan seperti inilah yang aku<br />

suka. Karena ada banyak kalimat yang akan keluar dari<br />

mulut bijak ibuku. Aku mengangap ini adalah sekolah<br />

pertamaku.<br />

“Bukankahkah kita punya sistem batutun bak jale,<br />

Mak.?” Jawabku.<br />

Aku tahu dari ibuku batutun bak jale ini adalah<br />

sistem bertutur yang mengacu pada induk kata lalu<br />

dipecahkan menjadi beberapa anak kata dan terbentuklah<br />

kalimat, selebihnya aku tidak tahu secara detail.<br />

82

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!