Novel_Bingkai Batas

ini bertambah ketika dihadapkan pada realita bahwa
perkembangan teknologi tersebut membawa pula dampak
negatif. Itu terjadi pada saat teknologi memuaskan
hasrat/nafsu manusia, memberikan pesona ekstasi, maka
nilai-nilai moral seakan rontok satu per satu. Karena
komunikasi ini menciptakan sejarah simulacra, sejarah
imitasi, reproduksi persoalan makna, orisinalitas dan
identitas.
“Ke’tuk,” aku peluk ke’tuk yang sudah dibersihkan
oleh Pak Sahak sebelum dia gantung di atas tangga
beranda rumahnya. Pasti benda ini nantinya berganti
dengan nilai guna komoditas dan nilai imperatif sebuah
produksi. Pun berganti digantikan oleh model, kode,
tontonan dan hiperrealisme “simulasi”.
Perubahan ini sudah pasti membuat semua orang
terjebak dalam permainan simulacra yang tidak
berhubungan dengan "realitas eksternal". Akhirnya
kitapun hidup di dunia simulacra, dunia yang dipenuhi
citra atau penanda.
“Ya, kita hidup di dunia yang penuh dengan
simulasi.”
77