pedalangan jilid 2
pedalangan jilid 2
pedalangan jilid 2
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
289<br />
keprak, dan tempat cempala dipukulkan pada saat pertunjukan.<br />
Kotak tersebut tidak akan dibuka apabila seorang dalang<br />
tidak sedang melakonkan suatu cerita. Hal tersebut berarti melambangkan<br />
tidak akan terjadi awal hidup, proses hidup dan akhir kehidupan<br />
di dunia ini, tidak akan ada Purwa, Madya dan Wasana. Sebaliknya<br />
apabila seorang dalang sedang melakukan aktivitas pertunjukan,<br />
maka kotak akan dibuka, kelir akan digelar, dan wayang akan<br />
dimainkan. Setelah selesai pertunjukan maka wayang akan kembali<br />
dimasukkan ke dalam kotak, yang melambangkan berakhir pula cerita<br />
tentang kehidupan. Jadi dapat ditafsirkan bahwa kotak wayang<br />
adalah simbol asal mula kejadian (Sangkan Paraning Dumadi).<br />
7.3.2 Belincong/Blencong<br />
Pada masa lalu pertunjukan wayang kulit yang dilakukan<br />
malam hari hanya diterangi dengan Belincong/Blencong. Yaitu sebuah<br />
lampu berbahan bakar minyak kelapa dan sumbunya mengarah<br />
ke kelir.<br />
Belincong/Blencong pada seni <strong>pedalangan</strong> merupakan lambang<br />
cahaya abadi yang dalam hal ini bermakna Tuhan Yang Maha<br />
Esa. Jika lampu tersebut padam atau tidak ada maka seluruh ruangan<br />
pertunjukan wayang kulit menjadi gelap gulita, tidak ada aktivitas<br />
kehidupan.<br />
Seiring dengan perkembangan jaman, fungsi dan makna<br />
dari Belincong/Blencong telah bergeser. Fungsi Belincong/Blencong<br />
sebagai penerangan pertunjukan wayang telah digantikan oleh perangkat<br />
lampu bertenaga listrik yang lebih modern dan bervariatif tidak<br />
hanya cahaya netral (terang) saja yang ditampilkan. Untuk mendukung<br />
suasana-suasana tertentu dalam suatu adegan digunakan<br />
pula tata lampu yang disesuaikan dengan suasana adegan. Misalnya<br />
dalam adegan sereng atau marah akan didukung dengan tata<br />
lampu yang menampilkan warna merah, pada saat adegan dalam<br />
hutan kekuatan cahaya akan dikurangi (diatur dengan dimmer) sehingga<br />
yang muncul adalah cahaya remang-remang seperti suasana<br />
di dalam hutan, dan sebagainya.<br />
7.3.2.1 Keprak/Keprek/Kecrek<br />
Kata keprak/kecrek/keprek diambil dari bunyi yang muncul<br />
dari alat tersebut ketika dipukul, yaitu crek, prek ataupun prak. Keprak/Keprek/Kecrek<br />
adalah sebuah perangkat atau alat yang terbuat<br />
dari logam (besi, baja, perunggu) berjumlah 2 atau 3 lempeng dengan<br />
lebar sekitar 15 cm dan panjang sekitar 20 cm yang memiliki<br />
fungsi sebagai penguat penonjolan-penonjolan gerak wayang.<br />
Tekanan-tekanan bunyi yang muncul dari Keprak/Keprek/-<br />
Kecrek tersebut akan semakin memperjelas dan memantapkan gerak-gerak<br />
setiap tokoh wayang sehingga karakternya akan semakin<br />
muncul dan mudah dipahami oleh penonton.