pedalangan jilid 2
pedalangan jilid 2
pedalangan jilid 2
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
301<br />
pat (seseg/ kenceng), sedang (sedheng) dan lambat (alon). Penyajian<br />
irama dalam pakeliran wayang kulit biasanya berbeda dengan penyajian<br />
irama dalam tabuhan gending-gending untuk klenengan atau<br />
uyon-uyon.<br />
Dalam teknik tabuhan pakeliran wayang kulit penyajian garap<br />
irama cenderung berubah-ubah setiap saat, menyesuaikan dengan<br />
suasana adegan yang hendak dicapai atau diinginkan. Berbeda<br />
dengan penyajian irama dalam klenengan bebas yang cenderung<br />
linier dan monoton atau ajeg. Perubahan garap irama ini terkadang<br />
disertai dengan perubahan volume atau keras lirih (aksen) tabuhan<br />
instumen gamelan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu memperkuat<br />
struktur dramatik atau dinamika alur ceritera yang dibawakan<br />
oleh ki dalang.<br />
8.2.3. Laras<br />
Laras adalah susunan nada-nada dalam satu gembyangan<br />
(oktaf) yang sudah tertentu tinggi rendah dan tata intervalnya. Di Jawa<br />
seperangkat gamelan biasanya menggunakan dua laras, yakni<br />
laras Slendro dan Pelog. Laras Slendro terdiri dari 5 nada yakni barang<br />
(1/ji), gulu (2/ro), dhadha (3/lu), ma (5/ma), dan nem (6/nem).<br />
Sedangkan laras Pelog dibagi menjadi 7 deret nada seperti pada saron<br />
yaitu penunggul (1/ji), gulu (2/ro), dhadha (3/lu), Pelog (4/pat),<br />
ma (5/ma), nem (6/nem), dan barang (7/pi). Laras juga mengandung<br />
pengertian nada, misalnya kempul laras ma (5), kenong laras nem<br />
(6), dan seterusnya.<br />
Dalam karawitan <strong>pedalangan</strong> ada juga laras minir atau miring<br />
yakni nada-nada dalam laras Slendro yang disajikan secara minir<br />
atau miring pada salah satu bagian lagu tertentu dan atau seluruhnya,<br />
baik vokal sulukan dalang, sindenan, tembang, maupun garap<br />
cengkok rebaban. Penyajian nada-nada miring biasanya dengan<br />
menaikkan dan atau menurunkan ½ laras dari nada-nada baku dalam<br />
laras Slendro. Contoh bagian penggalan cakepan lagu Sendhon<br />
Prabatilarsa Slendro Pathet Sepuluh yang dibawakan dengan laras<br />
miring, misalnya Teja .... teja .... tejaning wong nembe kaeksi...... Penyajian<br />
laras miring dalam sindenan misalnya: sindenan gending Gedog<br />
Rancak Laras Slendro Pathet Wolu dan gending jenis Krucilan<br />
Laras Slendro (bisa Pathet Wolu dan Sanga) apabila digunakan untuk<br />
mengiringi res-resan atau adegan dalam suasana sedih (wayang<br />
nangis).<br />
Laras yang dimaksud oleh bingkai Sastra Gending ialah suara<br />
thinthingan (pukulan) gamelan. Sedangkan yang dipergunakan<br />
untuk merasakan suara itu telinga. Laras juga merupakan system<br />
nada-nada dalam karawitan. Laras di luar system karawitan berarti<br />
enak di dengar (indah). Ada dua laras dalam karawitan Jawa, yaitu<br />
Laras Pelog dan Laras Slendro.