pedalangan jilid 2
pedalangan jilid 2
pedalangan jilid 2
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
317<br />
8.4.11. Gending Perang Buta (Buta Begal)<br />
Gending perang adalah gending-gending yang digunakan<br />
untuk mengiringi adegan perang. Adapun bentuknya bisa Ayak Kempul<br />
Arang, Ayak Kempul Kerep, Krucilan, Gemblak atau Alap-alapan,<br />
serta bentuk gending garapan lain atau baru yang telah disepakati<br />
dan dilatih antara dalang dengan pengrawit.<br />
Adegan perang buta begal atau raksasa penghalang terletak<br />
dan dilaksanakan setelah gara-gara usai. Pada pakeliran Jawa<br />
Tengah lazim dinamakan perang kembang. Adegan ini menggambarkan<br />
peperangan antara satriya melawan raksasa penggoda atau<br />
penghalang perjalanan ketika seorang satriya akan menunaikan tugas<br />
atau ingin mencapai cita-cita yang akan diraihnya.<br />
8.4.12. Jejer Pathet Sanga – Pertapaan<br />
Jejer Pathet Sanga yang dalam hal ini adalah adegan Pertapaan<br />
menggambarkan adegan jejer Pendita atau Bagawan yang<br />
dihadap oleh cantrik dan para satriya yang ingin berguru mencari ilmu<br />
kanoragan dan mengungkapkan kesulitan-kesulitan hidupnya<br />
agar mendapatkan solusi serta pencerahan. Adegan pertapaan kadang-kadang<br />
juga membahas mimpi putri sang Begawan yang ingin<br />
menikah dengan salah satu kesatriya seperti yang terjadi dalam<br />
alam mimpinya. Hal ini disesuaikan dengan ceritera atau lakon yang<br />
disajikan.<br />
Gending-gending yang digunakan dalam jejer pertapaan ini<br />
kalau waktunya masih cukup maka digunakan gending Gedhe seperti<br />
gending Lambang, atau gending Monggrang Slendro Pathet Sanga.<br />
Tetapi kalau waktunya pendek atau tidak memungkinkan karena<br />
sudah menjelang pagi maka ki dalang menggunakan gending Cilik<br />
atau alit seperti gending-gending Sak Cokro, Saksamirah, dan sejenisnya.<br />
8.4.13. Adegan Candhakan<br />
Adegan candakan adalah adegan yang terjadi disela-sela<br />
atau di antara adegan baku atau pokok pada setiap sajian antar waktu<br />
jejeran atau pengadeganan, tetapi masih selaras dalam suasana<br />
Pathet yang sedang berlangsung. Dalam adegan ini wayang yang dikeluarkan<br />
adalah punggawa praja, raja, dan resi namun tidak menggunakan<br />
janturan atau pocapan. Untuk mengiringi adegan candhakan<br />
ini digunakan gending-gending Ayak, atau Krucilan. Contoh adegan<br />
bodholan jejer wiwitan dilanjutkan dengan adegan perang gagal<br />
kemudian adegan candhakan.<br />
8.4.14. Brubuhan<br />
Brubuhan adalah adegan perang terakhir (pungkasan) yang<br />
menggambarkan hancurnya simbol wayang berperilaku jahat mela-