kimia-anorganik-taro-saito
6.2 Struktur electronik kompleks Diperlukan beberapa konsep untuk memahami struktur, spektrum, kemagnetan, dan kereaktifan kompleks yang bergantung pada konfigurasi elektron d. Khususnya, teori struktur elektronik sangat penting. a Teori medan ligan Teori medan ligan adalah satu dari teori yang paling bermanfaat untuk menjelaskan struktur elektronik kompleks. Awalnya teori ini adalah aplikasi teori medan kristal pada sistem kompleks. Kompleks oktahedral berbilangan koordinasi enam Lima orbital d dalam kation logam transisi terdegenerasi dan memiliki energi yang sama. Gambar 6.4 Perubahan energi elektronik selama proses pembentukan kompleks. Medan listrik negatif yang sferik di sekitar kation logam akan menghasilkan tingkat energi total yang lebih rendah dari tingkat energi kation bebas sebab ada interaksi elektrostatik. Interaksi repulsif antara elektron dalam orbital logam dan medan listrik mendestabilkan sistem dan sedikit banyak mengkompensasi stabilisasinya (Gambar 6.4). 123
Gambar 6.5 Posisi ligan dalam koordinat Catesius dengan atom logam di pusat koordinat. Kini ion tidak berada dalam medan negatif yang uniform, tetapi dalam medan yang dihasilkan oleh enam ligan yang terkoordinasi secara oktahedral pada atom logam. Medan negatif dari ligan disebut dengan medan ligan. Muatan negatif, dalam kasus ligannya anionik, atau ujung negatif (pasangan elektron bebas) dalam kasus ligan netral, memberikan gaya tolakan pada orbital d logam yang anisotropik bergantung pada arah orbital. Positisi kation logam dianggap pusat koordinat Cartesius (Gambar 6.5). Maka, orbital d x2-y2 dan d z2 berada searah dengan sumbu dan orbital d xy , d yz , dan d xz berada di antara sumbu. Bila ligand ditempatkan di sumbu, interaksi repulsifnya lebih besar untuk orbital e g (d x2-y2 , d z2 ) daripada untuk orbital t 2g (d xy , d yz , d xz ), dan orbital e g didestabilkan dan orbital t 2g distabilkan dengan penstabilan yang sama. Dalam diskusi berikut ini, hanya perbedaan energi antara orbital t 2g dan e g sangat penting dan energi rata-rata orbital-orbital ini dianggap sebagai skala nol. Bila perbedaan energi dua orbital e g dan tiga orbital t 2g dianggap ∆ o , tingkat energi e g adalah +3/5∆ o dan tingkat energi orbital t 2g adalah -2/5∆ o (Gambar 6.6). (∆ o biasanya juga diungkapkan dengan 10 Dq. Dalam hal ini energi e g menjadi 6 Dq dan energi t 2g -4 Dq). 124
- Page 82 and 83: Aluminosilikat Terdapat banyak mine
- Page 84 and 85: Tabel 4.4 Berbagai oksida khas unsu
- Page 86 and 87: Dengan oksidasi satu elektron, NO 2
- Page 88 and 89: Oksida dengan komposisi di antara f
- Page 90 and 91: semikonduktor, konduktor bahkan sup
- Page 92 and 93: Gambar 4.12 Struktur Cs 11 O 3 Oksi
- Page 94 and 95: Mangan dioksida, MnO 2 , cenderung
- Page 96 and 97: Gambar 4.15 Struktur spinel. Perovs
- Page 98 and 99: Gambar 4.17 Struktur Keggin. Anion
- Page 100 and 101: Gambar 4.18 Struktur S 5 2-, S 8 ,
- Page 102 and 103: (M = Pb, Sn, dan Cu; X = S, Se, dan
- Page 104 and 105: yang panjang sebelum unsur flourin
- Page 106 and 107: Tabel 4.8 Khlorida dan flourida kha
- Page 108 and 109: Tabel 4.9 Fluorida dan Khlorida kha
- Page 110 and 111: Paladium khlorida, PdCl 2 adalah pa
- Page 112 and 113: Cesium khlorida, CsCl. Padatan kris
- Page 114 and 115: xenon membentuk senyawa dengan vale
- Page 116 and 117: 5 Kimia Logam Golongan Utama Logam
- Page 118 and 119: ditangani dengan cukup mudah. Logam
- Page 120 and 121: digunakan sebagai sumber partikel
- Page 122 and 123: Senyawa organo-aluminum Senyawa-sen
- Page 124 and 125: an saat industri petrokimia memulai
- Page 126 and 127: Cr(III). Ion akua (ion dengan ligan
- Page 128 and 129: koordinasi 4 sampai 6 adalah yang p
- Page 130 and 131: Gambar 6.2 Pseudorotasi Berry. Komp
- Page 134 and 135: Gambar 6.6 Pembelahan medan ligan d
- Page 136 and 137: Gambar 6.7 Perubahan energi orbital
- Page 138 and 139: di orbital yang lebih atas, sistemn
- Page 140 and 141: Gambar 6.10 Orbital molekul ikatan
- Page 142 and 143: Gambar 6.12 Perubahan energi akibat
- Page 144 and 145: Gambar 6.13 Spektrum absorpsi visib
- Page 146 and 147: magnet. Selain metoda ini, metoda y
- Page 148 and 149: pada atom besi. Walaupun berbagai m
- Page 150 and 151: menutupi tiga logam) berkoordinasi
- Page 152 and 153: Tabel 6.5 Haptisitas dan jumlah ele
- Page 154 and 155: Gambar 6.16 Struktur ferosen. Anali
- Page 156 and 157: Kompleks arena Senyawa aromatik ada
- Page 158 and 159: Tabel 6.7 Kompleks fosfin tersier (
- Page 160 and 161: Gambar 6.19 Struktur [CoH(N 2 )(PPh
- Page 162 and 163: Konsep ikatan tunggal antar logam y
- Page 164 and 165: Gambar 6.22 Tumpang tindih orbital
- Page 166 and 167: Kompleks kluster logam dapat secara
- Page 168 and 169: Gambar 6.25 Struktur [Fe 4 S 4 (SR)
- Page 170 and 171: Kestabilan termodinamika produk sub
- Page 172 and 173: medan ligan. Oleh karena itu, laju
- Page 174 and 175: 6.4 Usulkan cara sintesis selektif
- Page 176 and 177: Tabel 7.1 Sifat-sifat lantanoid Kar
- Page 178 and 179: T ln 2 0.693 = = λ λ Latihan 7.2
- Page 180 and 181: 8 Reaksi dan Sifat-sifat Fisik Bida
Gambar 6.5 Posisi ligan dalam koordinat Catesius dengan atom logam di pusat koordinat.<br />
Kini ion tidak berada dalam medan negatif yang uniform, tetapi dalam medan yang dihasilkan<br />
oleh enam ligan yang terkoordinasi secara oktahedral pada atom logam. Medan negatif dari ligan<br />
disebut dengan medan ligan. Muatan negatif, dalam kasus ligannya anionik, atau ujung negatif<br />
(pasangan elektron bebas) dalam kasus ligan netral, memberikan gaya tolakan pada orbital d logam<br />
yang anisotropik bergantung pada arah orbital. Positisi kation logam dianggap pusat koordinat<br />
Cartesius (Gambar 6.5). Maka, orbital d x2-y2 dan d z2 berada searah dengan sumbu dan orbital d xy , d yz ,<br />
dan d xz berada di antara sumbu. Bila ligand ditempatkan di sumbu, interaksi repulsifnya lebih<br />
besar untuk orbital e g (d x2-y2 , d z2 ) daripada untuk orbital t 2g (d xy , d yz , d xz ), dan orbital e g didestabilkan<br />
dan orbital t 2g distabilkan dengan penstabilan yang sama. Dalam diskusi berikut ini, hanya<br />
perbedaan energi antara orbital t 2g dan e g sangat penting dan energi rata-rata orbital-orbital ini<br />
dianggap sebagai skala nol. Bila perbedaan energi dua orbital e g dan tiga orbital t 2g dianggap ∆ o ,<br />
tingkat energi e g adalah +3/5∆ o dan tingkat energi orbital t 2g adalah -2/5∆ o (Gambar 6.6). (∆ o<br />
biasanya juga diungkapkan dengan 10 Dq. Dalam hal ini energi e g menjadi 6 Dq dan energi t 2g -4<br />
Dq).<br />
124