kimia-anorganik-taro-saito
Reaksi sisipan Dalam reaksi suatu ligan alkil atau hidrida untuk menggeser karbonil atau olefin yang berada bersama logam pusat, dalam kompleks yang dihasilkan nampak seolah karbonil atau olefin disisipkan di antara ikatan M-R atau M-H. Reaksi seperti ini disebut reaksi sisipan. Reaksi ligan terkoordinasi Reaksi ini adalah proses saat reaktan yang terkoordinasi bereaksi membentuk produk. Dengan terkoordinasi pada logam, reaktan mempunyai konformasi yang secara geometri dan elektronik cocok. Inilah yang mejadi dasar desain katalis untuk mengontrol kondisi. Karena reaksi digunakan berulang sementara kompleks yang digunakan sebagai katalis tetap tidak berubah sehingga terbentuk siklus reaksi, rasio reaktan/kompleks sangat kecil, cocok dengan definisi. Sillus katalitik dalam hidrogenasi etilena diberikan di Gambar 8.1. Gambar 8.1 Siklus katalitik hidrogenasi etilena dengan katalis Wilkinson. L adalah ligan dan Sol adalah molekul pelarut (solvent ). Bila ligan trifenilfosfin P(Ph) 3 dalam katalis Wilkinson diganti dengan fosfin yang optis aktif, akan terjadi hidrogenasi asimetrik. Katalisis asimetrik ekuivalen dengan reaksi enzim yang telah dikembangkan dengan desain ligan asimetrik yang sangat unik. Khususnya, induksi asimetrik binaftilfosfin (BINAP) telah menarik banyak minat. 173
Katalis padat Katalis padat disebut juga katalis heterogen, dan mempromosikan reaksi dengan reaktan bewujud gas atau cair dalam kontak dengan material padat. Karena adsorpsi reaktan pada permukaan katalis merupakan tahap awal, luas permukaan yang besar diperlukan agar efisiensi katalis yang baik diperoleh. Sistem polifasa, yang mengandung katalis aktif pada material seperti zeolit dengan pori yang kecil berukuran molekular, dan gama alumina dan silika gel dengan luas permukaan besar sering digunakan. Dulunya, katalisis padatan dijelaskan sebagai akibat aktivasi reaktan secara misterius oleh permukaan asam atau basa, dan dengan koordinasi pada permukaan logam. Kini dimungkinkan untuk mengamati interaksi-interaksi ini dengan menggunakan berbagai teknik spektroskopi (IR< EXAFS (extended X-ray absorption fine structure), sinar tampak), mikroskop elektron, atau STM (scanning tunneling microscopy). Karena mekanisme katalisis homogen telah diklarifikasi dengan cukup maju, reaksi di permukaan padatan dapat juga dianalisis dengan mengggunakan konsep seperti “kompleks permukaan” atau “senyawa organologam permukaan”. Namun, tidak seperti katalisis homogen, yang hanya melibatkan satu atau dua pusat logam, dalam katalisis padatan pusat logam yang terlibat sangat banyak. Karena kehomogenan dan kedapatulangan permukaan sangat sukar dipertahankan, sebagian besar mekanisme reaksi tidak begitu jelas bahkan untuk reaksi sederhana seperti sintesis amonia. Selama produksi langsung amonia dari nitrogen dan hidrogen, reaksi berlangsung dengan menggunakan katalis besi yang mengandung logam alkali atau alkali tanah sebagai aktivator pada suhu tinggi (sekitar 450 o C) dan tekanan tinggi (sekitar 270 atm). Sebelum ditemukan katalis yang sangat tenar ini oleh F. Haber (1909), semua senyawa nitrogen berasal dari alam. Penemuan ini mempunyai dampak yang sangat tak hingga besarnya pada industri kimia, karena amonia adalah bahan yang tak dapat digantikan dalam produksi pupuk, serbuk mesiu, dan bahan anorganik lain yang mengandung nitrogen. Untuk menghargai ini tahun 1918 F. Haber dianugerahi hadiah Nobel. Sejumlah besar riset sampai saat ini telah dilakukan untuk mengelusisasi mekanisme reaksi sintesis amonia, maka reaksi nitrogen dan hidrogen di atas permukaan katalis besi merupakan model yang baik untuk katalisis padatan. 174
- Page 132 and 133: 6.2 Struktur electronik kompleks Di
- Page 134 and 135: Gambar 6.6 Pembelahan medan ligan d
- Page 136 and 137: Gambar 6.7 Perubahan energi orbital
- Page 138 and 139: di orbital yang lebih atas, sistemn
- Page 140 and 141: Gambar 6.10 Orbital molekul ikatan
- Page 142 and 143: Gambar 6.12 Perubahan energi akibat
- Page 144 and 145: Gambar 6.13 Spektrum absorpsi visib
- Page 146 and 147: magnet. Selain metoda ini, metoda y
- Page 148 and 149: pada atom besi. Walaupun berbagai m
- Page 150 and 151: menutupi tiga logam) berkoordinasi
- Page 152 and 153: Tabel 6.5 Haptisitas dan jumlah ele
- Page 154 and 155: Gambar 6.16 Struktur ferosen. Anali
- Page 156 and 157: Kompleks arena Senyawa aromatik ada
- Page 158 and 159: Tabel 6.7 Kompleks fosfin tersier (
- Page 160 and 161: Gambar 6.19 Struktur [CoH(N 2 )(PPh
- Page 162 and 163: Konsep ikatan tunggal antar logam y
- Page 164 and 165: Gambar 6.22 Tumpang tindih orbital
- Page 166 and 167: Kompleks kluster logam dapat secara
- Page 168 and 169: Gambar 6.25 Struktur [Fe 4 S 4 (SR)
- Page 170 and 171: Kestabilan termodinamika produk sub
- Page 172 and 173: medan ligan. Oleh karena itu, laju
- Page 174 and 175: 6.4 Usulkan cara sintesis selektif
- Page 176 and 177: Tabel 7.1 Sifat-sifat lantanoid Kar
- Page 178 and 179: T ln 2 0.693 = = λ λ Latihan 7.2
- Page 180 and 181: 8 Reaksi dan Sifat-sifat Fisik Bida
- Page 184 and 185: 8.2 Bioanorganik Banyak reaksi biol
- Page 186 and 187: Fiksasi nitrogen Reaksi yang mengub
- Page 188 and 189: eduksi Mn(IV) menjadi Mn (II) dalam
- Page 190 and 191: Gambar 8.4 Struktur YBa 2 Cu 3 O 7-
- Page 192 and 193: Kemagnetan Bahan magnetik dibagi at
- Page 194 and 195: Solusi 1.1 2.1 2.2 Dalam ikatan σ,
- Page 196 and 197: 5.1 2 Li + C 4 H 9 Br ➝ LiC 4 H 9
- Page 198 and 199: Proses Haber-Bosch menggunakan kata
- Page 200 and 201: Indeks 2-pusat 2-elektron .........
- Page 202: struktur Lewis ....................
Reaksi sisipan Dalam reaksi suatu ligan alkil atau hidrida untuk menggeser karbonil atau olefin<br />
yang berada bersama logam pusat, dalam kompleks yang dihasilkan nampak seolah karbonil atau<br />
olefin disisipkan di antara ikatan M-R atau M-H. Reaksi seperti ini disebut reaksi sisipan.<br />
Reaksi ligan terkoordinasi Reaksi ini adalah proses saat reaktan yang terkoordinasi bereaksi<br />
membentuk produk. Dengan terkoordinasi pada logam, reaktan mempunyai konformasi yang<br />
secara geometri dan elektronik cocok. Inilah yang mejadi dasar desain katalis untuk mengontrol<br />
kondisi.<br />
Karena reaksi digunakan berulang sementara kompleks yang digunakan sebagai katalis tetap tidak<br />
berubah sehingga terbentuk siklus reaksi, rasio reaktan/kompleks sangat kecil, cocok dengan<br />
definisi. Sillus katalitik dalam hidrogenasi etilena diberikan di Gambar 8.1.<br />
Gambar 8.1 Siklus katalitik hidrogenasi etilena dengan katalis Wilkinson. L adalah ligan dan Sol adalah<br />
molekul pelarut (solvent ).<br />
Bila ligan trifenilfosfin P(Ph) 3 dalam katalis Wilkinson diganti dengan fosfin yang optis aktif, akan<br />
terjadi hidrogenasi asimetrik. Katalisis asimetrik ekuivalen dengan reaksi enzim yang telah<br />
dikembangkan dengan desain ligan asimetrik yang sangat unik. Khususnya, induksi asimetrik<br />
binaftilfosfin (BINAP) telah menarik banyak minat.<br />
173