kimia-anorganik-taro-saito
Unsur-unsur gas mulia memiliki struktur elektronik yang stabil, dan dengan demikian energi ionisasinya terbesar. Walaupun energi ionisasi meningkat hampir secara monoton dari logam alkali sampai gas mulia, ada penurunan di beberapa tempat, seperti antara nitrogen N dan oksigen O, serta antara fosfor p dan belerang S. Nilai energi ionisasi pertama diberikan di Tabel 2.5. Tabel 2.5 Parameter elektronik atom (eV). I: energi ionisasi pertama, A: afinitas elektron, χ: keelektronegativan (Mulliken). c Afinitas elektron Afinitas elektron adalah negatif entalpi penangkapan elektron oleh atom dalam fasa gas, sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan berikut dan dilambangkan dengan A ( = -∆H eg ) (Tabel 2-5). A(g) + e → A - (g) 29
Afinitas elektron dapat dianggap entalpi ionisasi anion. Karena atom halogen mencapai konfigurasi elektron gas mulia bila satu elektron ditambahkan, afinitas elektron halogen bernilai besar. d Ke-elektronegativan Ke-elektronegativan adalah salah satu parameter atom paling fundamental yang mengungkapkan secara numerik kecenderungan atom untuk menarik elektron dalam molekul. Kelektronegativan sangat bermanfaat untuk menjelaskan perbedaan dalam ikatan, struktur dan reaksi dari sudut pandang sifat atom. Berbagai cara telah diajukan untuk menjelaskan dasar teori kekuatan tarikan elektron, dan berbagai studi masih aktif dilakukan untuk mencari nilai numerik dari ke-elektronegativan. Skala Pauling, dikenalkan pertama sekali tahun 1932, masih merupakan skala yang paling sering digunakan, dan nilai-nilai yang didapatkan dengan cara lain dijustifikasi bila nilainya dekat dengan skala Pauling. L. Pauling mendefinisikan ke-elektrogenativan sebagai besaran kuantitatif karakter ionik ikatan. Awalnya persamaan berikut diusulkan untuk mendefinisikan karakter ionik ikatan antara A dan B. ∆ = D(AB)-½(D(AA)+D(BB)) D adalah energi ikatan kovalen. Namun, kemudian diamati ∆ tidak selalu positif, dan Pauling memodifikasi definisinya dengan: ∆ = D ( AB) - (D(AA) × D(BB) ) dan meredefinisikan karakter ionik ikatan A-B. Lebih lanjut, ke-elektronegativan χ didefinisikan dengan cara agar perbedaan ke-elektronegativam atom A dan B sebanding dengan akar kuadrat karakter ion. Di sini, koefisien 0.208 ditentukan agar kelektronegativan H 2.1 bila energi ikatan dinyatakan dalam satuan kkal mol -1 . χ − = 0. 208 A χ B ∆ Karena ke-elektronegativan Pauling meningkat dengan kenaikan bilangan oksidasi atom, nilai-nilai ini berhubungan dengan bilangan oksidasi tertinggi masing-masing unsur. Kelektronegativan yang dihitung dengan nilai-nilai energi ikatan yang terbaru diberikan dalam Tabel 2.6. 30
- Page 2 and 3: 1 BUKU TEKS KIMIA ANORGANIK ONLINE
- Page 4 and 5: Pengantar Penerjemah Untuk mengatas
- Page 6 and 7: alata analitis yang lain. Kini menj
- Page 8 and 9: a Bilangan oksidasi ...............
- Page 10 and 11: 1 Unsur dan Periodisitas Unsur-unsu
- Page 12 and 13: elektron didefinisikan dengan empat
- Page 14 and 15: Tabel 1.1 Sistem periodik unsur, an
- Page 16 and 17: Gambar 1.2 Klasifikasi unsur dalam
- Page 18 and 19: terbentuk antara unsur yang keelekt
- Page 20 and 21: 2 Ikatan dan Struktur Jari-jari ato
- Page 22 and 23: sifat kimia senyawa yang diketahui,
- Page 24 and 25: kita dapat mengkompilasi jari-jari
- Page 26 and 27: menentukan jarak antar ion d. A ada
- Page 28 and 29: Gambar 2.3 Susunan ccp bola. Bila k
- Page 30 and 31: Kisi dengan bola lain di pusat kisi
- Page 32 and 33: Gambar 2.7 Struktur NaCl. Cesium kh
- Page 34 and 35: [Jawab] empat kation ada di dalam s
- Page 36 and 37: susunan terjejal anion. Gambar 2.12
- Page 40 and 41: Tabel 2.6 Ke-elektronegativan Pauli
- Page 42 and 43: Walaupun definisi Mulliken jelas se
- Page 44 and 45: Gambar 2.15 Pembentukan orbital mol
- Page 46 and 47: Gambar 2.18 Orbital molekul H 2 . T
- Page 48 and 49: Orbital molekul dua atom yang berbe
- Page 50 and 51: Teori besar dan evaluasi Teori elek
- Page 52 and 53: Proses yang secara termodinamika ir
- Page 54 and 55: Zn +2 (aq) + 2 e - → Zn(s) ∆G 0
- Page 56 and 57: molibdenum adalah reduktor dan beru
- Page 58 and 59: Oleh karena itu, mengurutkan kekuat
- Page 60 and 61: memberikan H + ke air, membentuk H
- Page 62 and 63: logam diklasifikasikan dalam urutan
- Page 64 and 65: 4 Kimia Unsur Non-Logam Ada sekitar
- Page 66 and 67: Litium hidrida, LiH, senyawa krista
- Page 68 and 69: yang menunjukkan sifat hantaran log
- Page 70 and 71: Teori baru diusulkan untuk menjelas
- Page 72 and 73: Tidak hanya diboran, boran yang leb
- Page 74 and 75: Fuleren adalah nama generik untuk a
- Page 76 and 77: Fosfor putih adalah molekul dengan
- Page 78 and 79: 4.3 Oksigen dan oksida a Oksigen Di
- Page 80 and 81: menggunakan reaksi katalitik sangat
- Page 82 and 83: Aluminosilikat Terdapat banyak mine
- Page 84 and 85: Tabel 4.4 Berbagai oksida khas unsu
- Page 86 and 87: Dengan oksidasi satu elektron, NO 2
Afinitas elektron dapat dianggap entalpi ionisasi anion. Karena atom halogen mencapai<br />
konfigurasi elektron gas mulia bila satu elektron ditambahkan, afinitas elektron halogen bernilai<br />
besar.<br />
d<br />
Ke-elektronegativan<br />
Ke-elektronegativan adalah salah satu parameter atom paling fundamental yang<br />
mengungkapkan secara numerik kecenderungan atom untuk menarik elektron dalam molekul.<br />
Kelektronegativan sangat bermanfaat untuk menjelaskan perbedaan dalam ikatan, struktur dan<br />
reaksi dari sudut pandang sifat atom. Berbagai cara telah diajukan untuk menjelaskan dasar teori<br />
kekuatan tarikan elektron, dan berbagai studi masih aktif dilakukan untuk mencari nilai numerik<br />
dari ke-elektronegativan. Skala Pauling, dikenalkan pertama sekali tahun 1932, masih merupakan<br />
skala yang paling sering digunakan, dan nilai-nilai yang didapatkan dengan cara lain dijustifikasi bila<br />
nilainya dekat dengan skala Pauling. L. Pauling mendefinisikan ke-elektrogenativan sebagai<br />
besaran kuantitatif karakter ionik ikatan. Awalnya persamaan berikut diusulkan untuk<br />
mendefinisikan karakter ionik ikatan antara A dan B.<br />
∆ = D(AB)-½(D(AA)+D(BB))<br />
D adalah energi ikatan kovalen. Namun, kemudian diamati ∆ tidak selalu positif, dan Pauling<br />
memodifikasi definisinya dengan:<br />
∆ = D ( AB)<br />
- (D(AA) × D(BB) )<br />
dan meredefinisikan karakter ionik ikatan A-B. Lebih lanjut, ke-elektronegativan χ didefinisikan<br />
dengan cara agar perbedaan ke-elektronegativam atom A dan B sebanding dengan akar kuadrat<br />
karakter ion. Di sini, koefisien 0.208 ditentukan agar kelektronegativan H 2.1 bila energi ikatan<br />
dinyatakan dalam satuan kkal mol -1 .<br />
χ − = 0. 208<br />
A<br />
χ B<br />
∆<br />
Karena ke-elektronegativan Pauling meningkat dengan kenaikan bilangan oksidasi atom, nilai-nilai<br />
ini berhubungan dengan bilangan oksidasi tertinggi masing-masing unsur. Kelektronegativan yang<br />
dihitung dengan nilai-nilai energi ikatan yang terbaru diberikan dalam Tabel 2.6.<br />
30