31.10.2018 Views

BUKU DUNIA PARALEL

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ahkan tidak meminta tempat sampah kertas.”<br />

Bagaimanapun, filsuf memang masih menang. Teori quantum<br />

masih belum lengkap dan bersandar pada landasan filosofis yang<br />

rapuh. Kontroversi quantum ini mendorong seseorang memeriksa<br />

kembali karya para filsuf seperti Bishop Berkeley, yang di abad 18<br />

menyatakan bahwa objek-objek eksis hanya karena manusia<br />

mengamatinya, sebuah filsafat yang disebut solipsism 10 atau idealisme.<br />

Bila sebatang pohon di hutan runtuh, tapi tak ada yang berada di sana<br />

untuk melihatnya, maka ia sebetulnya tidak runtuh, demikian klaim<br />

mereka.<br />

Nah kita mempunyai interpretasi quantum atas pepohonan yang<br />

runtuh di hutan. Sebelum pengamatan dilakukan, Anda tidak tahu<br />

apakah ia runtuh atau tidak. Faktanya, pohon eksis dalam semua<br />

kemungkinan kondisi secara bersamaan: ia bisa terbakar, runtuh,<br />

menjadi kayu bakar, serbuk kayu, dan sebagainya. Sekali pengamatan<br />

dilakukan, maka pohon mendadak memasuki kondisi definitif, dan<br />

kita melihat ia telah, misalnya, runtuh.<br />

Membandingkan kesulitan filosofis relativitas dan teori quantum,<br />

Feynman pernah mengemukakan, “Terdapat satu masa ketika<br />

suratkabar mengatakan bahwa hanya 12 orang yang memahami teori<br />

relativitas. Saya tidak percaya pernah ada masa seperti itu... Di sisi<br />

lain, tak salah kalau saya mengatakan bahwa tak ada seorang pun<br />

yang memahami mekanika quantum.” Dia menulis bahwa mekanika<br />

quantum “menguraikan alam sebagai sesuatu yang absurd dari sudut<br />

10 Teori filsafat yang menyatakan bahwa diri ialah sesuatu yang eksis dan dapat<br />

dikenali—penj.<br />

247

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!