Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pembahasan Ahma<strong>di</strong>yyah<br />
<strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> <strong>Telanjang</strong> <strong>Bulat</strong><br />
<strong>di</strong> <strong>Panggung</strong> <strong>Sejarah</strong><br />
oleh Abdullah Hasan Alhadar<br />
Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis<br />
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota<br />
CABIKLAH TIRAI ITU<br />
Satu ucapan tidak beres yang berkali-kali <strong>di</strong>lontarkan<br />
<strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>. Namun demikian kalau sekiranya hendak <strong>di</strong>tanggapi<br />
obrolan <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> itu, hanya semata-mata for the sake of<br />
arguments saja, katakanlah bahwa menja<strong>di</strong> raja-raja <strong>di</strong><br />
kalangan ummat Islam itu adalah satu kenikmatan dari Allah,<br />
lantas menja<strong>di</strong> nabi-nabi, yang mana mereka itu? Satu hal<br />
yang pasti ialah bahwa <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> hanya memiliki satu nabi<br />
saja sesudah Nabi Muhammad s.a.w., yaitu Mirza Ghulam Ahmad.<br />
Jika ini <strong>di</strong>katakan satu kenikmatan pula, maka yang <strong>di</strong>maksud<br />
ialah kenikmatan buat Mirza sen<strong>di</strong>ri, ketuarganya maupun para<br />
pengikut-pengikutnya yang setia. Bahkan kenikmatan itu<br />
begitu besarnya sehingga <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> berani mengatakan bahwa<br />
ayat-ayat 6 dan 7 dari surah Al-Fatihah, tidak lain<br />
<strong>di</strong>tujukan bagi datangnya Mirza Ghulam.<br />
Jelasnya, menurut <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> bahwa dari surah Al-Fatihah ayat<br />
6 dan ayat 7 yang berbunyi:<br />
"Tunjukilah kami ke jalan yang lurus yaitu jalan yang<br />
telah Engkau tunjukkan kepada orang-orang yang telah<br />
Engkau beri nikmat."<br />
Ayat ini, demikian <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>, ialah ayat <strong>di</strong> mana Allah telah<br />
memerintahkan kepada ummat Islam supaya sebagai ummat<br />
meminta kepadaNya, agar nikmat-nikmat yang pernah <strong>di</strong>terima<br />
oleh ummat dahulu terutama kaum Bani Israiel (Yahu<strong>di</strong>)<br />
<strong>di</strong>berikan pula pada mereka. Apakah nikmat-nikmat itu? Tidak<br />
lain, kata <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>, ialah menja<strong>di</strong> raja-raja dan<br />
nabi-nabi.1<br />
Ja<strong>di</strong> bagi kaum Muslimin yang selalu mengucapkan do'a dalam<br />
Al-Fatihah pada waktu mereka melakukan shalat, tujuh belas<br />
kali sehari semalam itu, ternyata do'a mereka telah<br />
<strong>di</strong>kabulkan Tuhan yaitu, dengan munculnya Mirza Ghulam Ahmad<br />
file:///D|/elite-ebook/me<strong>di</strong>a.isnet.org/islam/<strong>Telanjang</strong>/CabikTirai.html (1 of 8)14/05/2006 21:44:33