04.05.2013 Views

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembahasan Ahma<strong>di</strong>yyah<br />

"Aku melihat dalam mimpi bahwa aku ini ja<strong>di</strong> Allah."3<br />

Dengan gabungan baruz Nabi Isa dan Nabi Muhammad serta<br />

sekaligus dalam mimpi Mirza Ghulam Ahmad telah ja<strong>di</strong> Allah,<br />

maka ahlak yang ia miliki tentu saja akhlak termulia. Ini<br />

cocok dengan kata-kata pujian dr. Meer dan Mirza Mubarak<br />

Ahmad, bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang pengampun<br />

pada mereka yang bersalah, berbu<strong>di</strong> pekerti baik, rendah<br />

hati, suka memberi maaf, wajahnya selalu tersenyum, <strong>di</strong>mana<br />

dalam hidupku saya belum pernah melihat seorang seperti<strong>di</strong>a,<br />

lebih berbti<strong>di</strong> lebih pemurah lebih berkasih sayang, dan<br />

seterusnya, dst.4<br />

Maka marilah meneliti bagaimana orang Qa<strong>di</strong>an yang mimpi ja<strong>di</strong><br />

Allah itu bertingkah-laku ketika menghadapi kritikankritikan<br />

Muhammad Ismail Sahib dari Aligarh itu. Siapa yang<br />

sebenarnya <strong>di</strong>katakan tuduhan-tuduhan, fitnahan-fitnahan<br />

Ismail Sahib tidak lain hanyalah bantahan-bantahan yang<br />

sederhana saja. Ia katakan bahwa Mirza:<br />

"Tidak tahu sastra, tidak percaya bahwa ia seorang yang<br />

telah dapat wahyu, tidak percaya bahwa buku-buku itu<br />

adalah karangan Mirza, dan Mirza mempunyai tenaga sihir<br />

serta menggunakan tenaga itu."<br />

Maka andaikata Mirza Ghulam Ahmad tidak membalas<br />

tuduhan-tuduhan atau fitnahan itu, hal mana itu adalah yang<br />

terbaik baginya. Bagi seorang yang memiliki dua roh kenabian<br />

dan sekaligus mimpi ja<strong>di</strong> Allah, hanya akan membuang waktu<br />

dan tenaga saja bila melayani obrolan Ismail Sahib itu.<br />

Namun pada kenyataannya tidak demikian dengan nabi Qa<strong>di</strong>an<br />

itu. Justru ia menja<strong>di</strong> marah dan meradang. Ia berkata dengan<br />

seluruh emosinya:<br />

"Maulvi Ismail Sahib telah tenggelam dalam kegelapan,<br />

tenggelam dalam keinginan yang mementingkan <strong>di</strong>ri<br />

sen<strong>di</strong>ri serta kesukaan yang sia-sia. Saya (Mirza Ghulam<br />

Ahmad) tidak menaruh penghargaan lebih besar dari pada<br />

terhadap cacing yang sudah mati. Tuan seorang yang<br />

dungu, ulama yang tidak cakap. Faham tuan sudah<br />

ketinggalan zaman. Tuan berada dalam kehinaan tuan<br />

bertabiat mencurigakan, fikiran jahat dan berbuat<br />

kejahatan, tuan terbawa dalam ketakhayulan, tuan tidak<br />

mempunyai pikiran sehat, tuan berputar lidah, tidak<br />

mengerti, keras hati dan congkak dan tak berbu<strong>di</strong>. Tuan<br />

seperti orang-orang munafik zaman Isa, tuan seperti<br />

Fir'aun, tuan seperti Abu Jahal, tuan pendusta, tuan<br />

kafir."5<br />

file:///D|/elite-ebook/me<strong>di</strong>a.isnet.org/islam/<strong>Telanjang</strong>/YesusIn<strong>di</strong>a.html (2 of 4)14/05/2006 21:47:24

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!