Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pembahasan Ahma<strong>di</strong>yyah<br />
dulu. Oleh karena itu beliau selamanya se<strong>di</strong>h dan<br />
berduka hati."2<br />
Pendek kata tabiat materialistis ayahnya itu telah<br />
memasgulkan hati Mirza Ghulam Ahmad. Ia pada masa<br />
kanak-kanaknya itu telah menyaksikan contoh-contoh yang<br />
begitu pahit dalam kehidupan ayahnya sehingga kemauan untuk<br />
dunia padamlah hati beliau.3 Akan tetapi anehnya tatkala<br />
ayahnya mati pada tahun 1876, ketika itu Mirza Ghulam telah<br />
mencapai usia matang 40 tahun, ia merasa duka cita yang<br />
dalam.<br />
Sebabnya tidak lain, demikian Mirza Ghulam berkata:<br />
"Karena sebahagian besar dari penghidupan kami<br />
tergantung pada ayahanda, sebab beliau biasa mendapat<br />
pensiun dan ha<strong>di</strong>ah yang agak besar dari pemerintah<br />
Inggris, yang mana akan <strong>di</strong>hentikan setelah beliau<br />
wafat."4<br />
Suatu keja<strong>di</strong>an lucu dan terbalik; seharusnya pada usia 40<br />
tahun itu Mirza Ghulam Ahmad lebih padam kemauannya pada<br />
dunia. Padalah tidak ada alasan baginya untuk berse<strong>di</strong>h dan<br />
kawatir kalau-kalau dalam hari-hari yang akan datang akan<br />
menderita kesusahan dan kesukaran, sebagaimana yang ia<br />
cemaskan itu.5 Bukankah Qa<strong>di</strong>an dan pajak 5% atas tiga daerah<br />
sekitarnya masih tetap <strong>di</strong>miliki mereka berdua?! Dan cobalah<br />
lihat, apa harta pusaka yang <strong>di</strong>peroleh Mirza Ghulam Ahmad<br />
dan Ghulam Ka<strong>di</strong>r saudaranya, pada waktu sepeninggal ayah<br />
mereka. Rumah-rumah, toko-toko dan tanah-tanah yang terletak<br />
dalam kota-kota Batala, Gurdaspur, Amristar dan Qa<strong>di</strong>an<br />
menja<strong>di</strong> milik mereka berdua. Bukankah dengan itu saja mereka<br />
berdua sudah dapat berpangku-tangan tanpa kekurangan sesuatu<br />
apapun?<br />
Satu hal lagi yang perlu <strong>di</strong>tanyakan pada Mirza dan Ghulam<br />
Ka<strong>di</strong>r, apakah benar pensiun ayahnya akan hapus setelah<br />
kematiannya itu? Kiranya sukar untuk <strong>di</strong>percaya bahwa<br />
peraturan pensiunan dari pemerintah Inggris akan menghapus<br />
begitu saja hak seseorang yang telah berjasa besar itu.<br />
Padahal Ghulam Murtaza, ayah Mirza Ghulam itu telah berjasa<br />
dalam perang 1857 sebagai pembantu setia dan ikut melibatkan<br />
<strong>di</strong>ri bersama anaknya Ghulam Ka<strong>di</strong>r dan keluarganya dalam<br />
pembinasaan kaum Muslimin. <strong>Sejarah</strong> lebih memastikan bahwa<br />
pensiun itu akan berlangsung terus walaupun Ghulam Murtaza<br />
telah mati. Perkara ha<strong>di</strong>ah tahunannya yang <strong>di</strong>hapus, itu<br />
sudah wajar. Dengan seluruh harta-kekayaan yang tersisa itu<br />
bukankah Mirza Ghulam Ahmad dan Ghulam Ka<strong>di</strong>r telah<br />
memperoleh kembali kerajaan merdekanya?<br />
file:///D|/elite-ebook/me<strong>di</strong>a.isnet.org/islam/<strong>Telanjang</strong>/HambaImperialis.html (2 of 6)14/05/2006 21:48:42