04.05.2013 Views

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembahasan Ahma<strong>di</strong>yyah<br />

tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Padahal dengan<br />

tidak bisa mengurus hartanya yang <strong>di</strong> Qa<strong>di</strong>an,<br />

bermalas-malasan hanya baca buku dan koran, maka teringatlah<br />

kita pada penyakit-penyakitnya yang continue <strong>di</strong>mana separoh<br />

dari badannya ke atas kena penyakit vertigo dan separoh dari<br />

badannya ke bawah kena <strong>di</strong>abetes. Effek-effek dari dua macam<br />

penyakit yang kronis dan continue itu adalah: seperti:<br />

bingung mudah tersinggung tanpa ada sebab, sakit bagian<br />

saraf kepala radang saraf, rabun mata, sayu pandangan dan<br />

sering tak sadarkan <strong>di</strong>ri. Juga mengalami tingkah laku yang<br />

abnormal, gejolak emosi yang meluap-luap, depressi yang<br />

memilukan, perasaan rendah-<strong>di</strong>ri, jeritan putus asa dan<br />

sering jatuh pingsan,10 maka Mirza Ghulam Ahmad yang<br />

mengidap penyakit-penyakit berat seperti itu, seharusnya<br />

bisa <strong>di</strong>maafkan oleh kakaknya bila ia berpangku-tangan saja<br />

dan bermalas-malasan.<br />

Demikianlah, pada tahun 1884 Ghulam Ka<strong>di</strong>r meninggal tanpa<br />

meninggalkan seorang anakpun. Maka Mirza Ghulam Ahmadlah<br />

satu-satunya ahli waris dari seluruh harta pusaka itu. Akan<br />

tetapi menurut <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>, terdorong oleh hati yang baik<br />

untuk menyenangkan hati janda kakaknya, beliau, kata<br />

<strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>, tidak lekas mengambil harta pusaka tersebut.<br />

Malah menurut permintaan janda itu, setengah dari harta<br />

pusaka tersebut beliau pindahkan atas nama Mirza Sultan<br />

Ahmad, yang telah <strong>di</strong>angkat sebagai anak pungut oleh janda<br />

itu.11 Bahkan yang setengah itupun, yakni yang menja<strong>di</strong> milik<br />

Mirza Ghulam sen<strong>di</strong>ri, tidak lekas-lekas <strong>di</strong>ambil oleh beliau.<br />

Lama benar <strong>di</strong>pegang oleh orang-orang dari sanak keluarga<br />

beliau.12 Setidak-tidaknya "lama benar" itu memakan waktu<br />

dua-tiga tahun atau lebih?<br />

Pada tahun 1891 masehi Mirza Ghulam Ahmad menjabat<br />

pangkat-pangkat kerohanian yang paling tinggi dan paling<br />

banyak <strong>di</strong>atas dunia ini. Layaknya ia telah memiliki sebuah<br />

kerajaan dari langit. Pada waktu itu ia menja<strong>di</strong> Nabi, Rasul,<br />

Imam Mah<strong>di</strong>, Al Masih Al-Mauud, Brahman Avatar, Kreshna, dan<br />

1001 macam pangkat lainnya seperti yang sudah tersebut<br />

terdahulu. Tujuh tahun telah berjalan, yakni dari tahun<br />

kematian kakaknya 1884 hingga tahun ia menjabat<br />

pangkat-pangkat hebatnya itu, harta pusaka yang telah <strong>di</strong>urus<br />

sanak keluarganya, sudah terasa cukup lama benar. Untuk itu<br />

demi kebutuhan-kebutuhan missinya sebagai Nabi maupun<br />

sebagai Imam Mah<strong>di</strong>, ia pasti memerlukan biaya-biaya yang<br />

serius. Sesudah waktu "lama benar" harta-hartanya <strong>di</strong>pegang<br />

sanak-keluarganya, maka sudah tentu harta-hartanya akan<br />

kembali padanya, menjelang tahun yang ketujuh itu. Maka<br />

sudah layaklah jika Mirza Ghulam pada saatnya untuk menja<strong>di</strong><br />

raja dari kerajaan dunianya.<br />

file:///D|/elite-ebook/me<strong>di</strong>a.isnet.org/islam/<strong>Telanjang</strong>/HambaImperialis.html (4 of 6)14/05/2006 21:48:42

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!