04.05.2013 Views

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembahasan Ahma<strong>di</strong>yyah<br />

tangannya ada lampu ala<strong>di</strong>n, tinggal ia menggosok maka<br />

segala keinginannya terkabul!<br />

Perhatikanlah kini sebaris pantun yang <strong>di</strong>tujukan pada Mirza<br />

Ghulam Ahmad, <strong>di</strong>buat oleh pengikut-pengikutnya yang setia:<br />

"Wujudnya meliputi segala-gala.<br />

sedang engkau hanya sebagian<br />

Kau akan binasa jika<br />

melarikan <strong>di</strong>ri dari padanya."10<br />

Pantun <strong>di</strong>atas bukan saja satu peringatan keras bagi mereka<br />

yang melarikan <strong>di</strong>ri dari lingkungan rumah Mirza Ghulam Ahmad<br />

tatkala wabah pes melanda Punjab termasuk Qa<strong>di</strong>an, melainkan<br />

juga satu peringatan keras buat setiap orang yang tidak<br />

masuk <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>, bahwa mereka akan binasa, yakni mati kafir<br />

jahiliyah! Kemu<strong>di</strong>an ia, Mirza Ghulam Ahmad, <strong>di</strong>kenal sebagai<br />

khatamal aulia', yakni wali yang paling sempurna.11<br />

Disamping kata khatam yang <strong>di</strong>artikan sempurna itu, ternyata<br />

<strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> memberi arti lain juga yakni: akhir. Sebab Mirza<br />

Ghulam Ahmad mengambil lagi kedudukan yang lebih meyakinkan<br />

dengan berkata: Aku adalah Wali yang terakhir sebab tidak<br />

ada wali sesudahku. Yang <strong>di</strong>maksud tidak ada wali sesudahku<br />

ialah wali-wali yang berada <strong>di</strong> luar lingkungan <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>.12<br />

Mereka bukan wali dan tidak bisa ja<strong>di</strong> wali, kecuali kalau<br />

mereka mau masuk menja<strong>di</strong> pengikut-pengikut Mirza Ghulam<br />

Ahmad.<br />

Langkah-langkah berikut yang <strong>di</strong>tempuh Mirza Ghulam Ahmad<br />

adalah langkah-langkah yang paling berani, dalam arti kata<br />

ceroboh, dari seorang Qa<strong>di</strong>an yang mengaku <strong>di</strong>rinya Muslim.<br />

Sesudah <strong>di</strong>kenal sebagai khatamal aulia' Mirza Ghulam <strong>di</strong>kenal<br />

juga sebagai Muhaddats yakni orang yang <strong>di</strong>ajak<br />

bercakap-cakap oleh Allah.13 Bahkan <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> mengatakan<br />

dari tingginya derajat Mirza Ghulam Ahmad, sampai-sampai<br />

Allah Taala dengan sangat terbukanya bercakap-cakap dengan<br />

beliau.14 Seringkali terja<strong>di</strong> soal jawab dan waktu itu<br />

<strong>di</strong>tanya, waktu itu juga datang jawaban.15<br />

Last but not least, <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> berkata:<br />

"Dan DIA (ALLAH) membuka tabir dari sebagian wajahNya<br />

yang bercahaya dan mengkilap itu. Bukan itu saja,<br />

bahkan seringkali demikian rupa seolah-olah Allah<br />

Ta'ala tengah bergurau dengan beliau."16<br />

Explosive bukan! belum lagi, Mirza Ghulam belum meledakkan<br />

seluruh ambisinya. Bagaimana hendak <strong>di</strong>artikan oleh <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong><br />

file:///D|/elite-ebook/me<strong>di</strong>a.isnet.org/islam/<strong>Telanjang</strong>/LampuAla<strong>di</strong>n.html (3 of 5)14/05/2006 21:43:57

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!