Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pembahasan Ahma<strong>di</strong>yyah<br />
Nabi-nabi yang dahulu merupakan satu gedung yang masih<br />
kurang (satu bata, bukan? pen.) maka dengan kedatangan Nabi<br />
Muhammad s.a.w. sempurnalah gedung itu.3<br />
Yang menarik dari penjelasan <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> <strong>di</strong> atas ialah bahwa<br />
satu bata itu jika <strong>di</strong>misalkan Nabi Muhammad adalah satu<br />
penghinaan. Yang benar, kata <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>, bahwa satu bata itu<br />
adalah syari'at atau Agama, yakni Agama Islam yang <strong>di</strong>bawa<br />
Nabi Muhammad s.a.w. Coba bayangkan bahwa gedung yang indah<br />
itu <strong>di</strong>ibaratkan syari'at-syari'at Nabi-nabi yang sebelum<br />
Nabi Muhammad. Kemu<strong>di</strong>an karena masih ketinggalan satu bata<br />
yaitu masih ada satu lobang bata pada gedung yang indah itu.<br />
Maka syari'at Nabi Muhammadlah pengisi lobang sebata itu.<br />
Apakah ini bukan penghinaan juga?!<br />
Ataukah ada pengertian lain dari <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>, bahwa setiap<br />
batu-bata pada bangunan yang indah itu adalah syariat atau<br />
agama nabi-nabi sebelum nabi Muhammad. Hal ini perlu kiranya<br />
minta bantuan <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> untuk menaksir berapa jumlah batu<br />
bata yang terdapat pada gedung yang indah itu? Jelasnya<br />
berapa puluh ribu syariat atau agama sebelum syariat/agama<br />
Islam datang? Apa yang <strong>di</strong>katakan <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> itu adalah<br />
nonsense, omong-kosong. Itu tidak lain satu penghinaan atas<br />
<strong>di</strong>ri Nabi dan atas syariat yang <strong>di</strong>bawa beliau.<br />
Selanjutnya <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> mengataKan bahwa ha<strong>di</strong>ts tersebut<br />
adalah dha'if atau lemah dan para perawi dalam ha<strong>di</strong>ts itu<br />
tidak dapat <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan ukuran dan pegangan.4 Pada akhirnya<br />
<strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> mengatakan bahwa dalam ha<strong>di</strong>ts itu ada satu<br />
keganjilan yang perlu <strong>di</strong>pikirkan <strong>di</strong>sini. Kalau ha<strong>di</strong>ts itu<br />
shahih dan Nabi kita s.a.w. sudah menyempurnakan gedung<br />
indah dengan penutup lobang yang ta<strong>di</strong>nya terbuka dengan<br />
kedatangan beliau. Dalam gedung yang sudah demikian itu Nabi<br />
Isa a.s. akan menja<strong>di</strong> sebagai apanya? Kita berdasarkan<br />
Qur'an dan Ha<strong>di</strong>ts masih menunggu kedatangan Nabi, dalam<br />
ha<strong>di</strong>ts <strong>di</strong>katakan nabi Isa akan datang.5 Terakhir <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong><br />
bertanya:<br />
"Kalau kita ibaratkan Nabi Isa sebagai batu-bata pula<br />
dalam rangka susunan Nabi-nabi, maka <strong>di</strong>mana batu-bata<br />
ini akan <strong>di</strong>tempatkan dalam gedung yang sudah tak ada<br />
lobangnya itu?"6<br />
Sekali lagi ulasan <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> <strong>di</strong> atas menarik untuk <strong>di</strong>bahas.<br />
Untuk menjawab pertanyaan: <strong>di</strong>mana batu-bata Nabi Isa akan<br />
<strong>di</strong>tempatkan dalam gedung yang sudah tak ada lobangnya itu?<br />
<strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> telah menjawab pertanyaan ini, akan tetapi dua<br />
jawaban, dari mereka satu sama lain sudah tidak sama. Yang<br />
pertama <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> menjawab: "Hendaknya <strong>di</strong>katakan, masih<br />
tinggal dua batu bata lagi yaitu batu-bata nabi Muhammad<br />
file:///D|/elite-ebook/me<strong>di</strong>a.isnet.org/islam/<strong>Telanjang</strong>/WatakYahu<strong>di</strong>.html (2 of 4)14/05/2006 21:44:21