04.05.2013 Views

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembahasan Ahma<strong>di</strong>yyah<br />

alasan-alasan apa sebab Mirza Ghulam yang menja<strong>di</strong> pemilik<br />

mutlak nama Ahmad itu. Ditambah lagi dengan ocehan tafsir<br />

yang berlagak berani memperkosa ayat-ayat Tuhan, maka jelas<br />

tidak seorang mufassirpun yang berani berbuat demikian,<br />

kecuali mufassir-mufassir <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> yang serba awut-awutan.<br />

Berbicara tentang ayat 7 dari Surah Ash-Shaf tersebut,<br />

<strong>di</strong>mana sebagian dari ayat yang tersurat: wa huwa (dan <strong>di</strong>a)<br />

<strong>di</strong>ajak pada Islam, telah <strong>di</strong>gunakan oleh <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> sebagai<br />

landasan untuk menguatkan hak milik Mirza Ghulam akan nama<br />

Ahmadnya itu, maka untuk mengetahui yang sebenarnya dari<br />

Firman Allah tersebut, haruslah <strong>di</strong>ketahui keseluruhan<br />

ayat-ayatnya. Dan tidak boleh melepaskan kaitannya yang erat<br />

dengan ayat-ayat yang sebelumnya. Pada bagian akhir dari<br />

ayat 6 surah Ash-Shaf. tersebut:<br />

"Maka tatkala Rasul datang pada mereka dengan membawa<br />

keterangan atau bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:<br />

Ini adalah sihir yang terang."<br />

<strong>di</strong>lanjutkan kemu<strong>di</strong>an dengan ayat 7 dari surah yang sama,<br />

tersebut:<br />

"Dan siapakah yang terlebih aniaya daripada orang yang<br />

mengada-adakan dusta terhadap Allah, pada saat mana ia<br />

<strong>di</strong>ajak pada Islam? Sungguh Allah tidak memberi petunjuk<br />

pada orang-orang yang aniaya."<br />

Maka jelas sekali <strong>di</strong> situ bahwa huwa (ia) adalah orang yang<br />

mengada-adakan dusta terhadap Allah pada saat ia <strong>di</strong>ajak oleh<br />

Nabi Muhammad s.a.w. kepada Islam. Dan bukan seperti yang<br />

<strong>di</strong>ulas <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>, bahwa huwa (ia) adalah Ahmad Mirza Ghulam<br />

yang <strong>di</strong>ajak pada Islam oleh orang-orang Islam yang<br />

menuduhnya kafir. Ini hanya silatan lidah dan sulapan mata<br />

yang <strong>di</strong>buat oleh mufassir-mufassir <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>.<br />

Contoh yang mirip daripada ayat 7 Ash-Shaf tersebut ialah<br />

pada surah Az-Zumar ayat 32, yang tersebut:<br />

"Maka siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang<br />

membuat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran<br />

ketika sampai padanya? Bukankah dalam neraka tempat<br />

tinggal orang-orang kafir?"<br />

Ayat, ketika sampai padanya ialah, ketika sampai kebenaran<br />

yang <strong>di</strong>bawa Muhammad s.a.w. pada ia (huwa), maka ia<br />

mendustakan ayat-ayat Allah itu. Demikianlah tafsir maupun<br />

makna yang benar.<br />

Alasan yang kedua yang <strong>di</strong>pakai <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> bagi landasan<br />

pegangan Mirza untuk memiliki nama Ahmad ialah ayat:<br />

file:///D|/elite-ebook/me<strong>di</strong>a.isnet.org/islam/<strong>Telanjang</strong>/Difirmankan.html (4 of 8)14/05/2006 21:43:41

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!