04.05.2013 Views

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembahasan Ahma<strong>di</strong>yyah<br />

dan haq. Inilah hukum Allah dan inilah pembelaan Allah pada<br />

Rasul-Nya. Adapun ayat "Rasulullah" dan "khataman nabiyin"<br />

pengertiannya adalah pesuruh Allah dan Nabi penutup semua<br />

nabi. Pengertian inipun adalah hukum Allah, ketetapanNya<br />

yang harus <strong>di</strong>ketahui semua manusia, termasuk orang-orangnya<br />

Mirza Ghulam Ahmad, bahwa jumiah 124 ribu nabi itu telah<br />

<strong>di</strong>akhiri dengan kenabian Muhammad s.a.w.<br />

<strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> mengatakan, bahwa ayat tersebut tidak ada<br />

hubungannya se<strong>di</strong>kitpun dengan soal ada atau tidak adanya<br />

Nabi sesudah Nabi Muhammad s.a.w., padahal justru beberapa<br />

kitab-kitab <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> berbicara tentang khataman nabiyin<br />

dari Al-Ahzab ayat 40 itu, selalu menghubung-hubungkan<br />

dengan alasan-alasan yang memungkinkan munculnya nabi<br />

sesudah Ke-Nabian Muhammad s.a.w. Kenyataannya <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong><br />

berbicara:<br />

"Banyak orang mengatakan bahwa kata "Khataman<br />

Nabi-"yin" yang tercantum dalam Al-Qur'an Surah Ahzab<br />

ayat 40 maknanya ialah Nabi Muhammad s.a.w. itu Nabi<br />

penutup dengan pengertian, bahwa sesudah beliau tak<br />

akan datang lagi Nabi sekalipun hanya nabi-ikutan atau<br />

nabi tak membawa syari'at. Benarkah arti ayat termaksud<br />

demikian? <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> menjawab: "Baik menurut sebab<br />

musabab turunnya ayat, menurut jalan uraian Al-Qur'an<br />

mengenai soal kenabian menurut pengertian Rasulullah<br />

s.a.w. dengan para sahabat menurut para pujangga dan<br />

orang suci terdahulu maupun menurut lughah, pengertian<br />

tersebut <strong>di</strong> atas tidak benar."5<br />

Jelasnya <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> selalu menghubung-hubungkan ayat 40<br />

Al-Ahzab itu dengan soal ada atau adanya nabi sesudah nabi<br />

Muhammad.<br />

Maka untuk pengertian kata "khatam" dari khataman nabiyin<br />

surah Al-Ahzab ayat 40 itu, tidak ada arti lain selain<br />

pengertian: penutup! Dan tidak perlu menambah embel-embel<br />

syari'at <strong>di</strong> belakang penutup itu. Demikian tafsir Jalalain<br />

Al-Misbahul-Munir, tafsir Syaukani, tafsir Kabir (Mafatihul<br />

ghaib) dari Muhammad Arrazi Fahrud<strong>di</strong>n - Kairo-1324 H -<br />

Amelia syarafia hal. 581, tafsir Ruhul Ma'ani (Alusi) sayid<br />

Mahmud Alusi - 1270 H - juz 22 - Al-Muniriyah Mesir, hal.<br />

30, juga tafsir-tafsir lainnya, tidak menyebutkan pengertian<br />

lain melainkan arti "penutup" dari semua nabi-nabi.<br />

Selanjutnya <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> berkata; bahwasanya kalimat khatam<br />

dapat pula <strong>di</strong>baca "khatim" yang berarti hiasan bagi sang<br />

pemakainya. Apabila <strong>di</strong>artikan demikian, maka Rasulullah<br />

s.a.w. itu bagaikan hiasan indah bagi nabi-nabi. Dalam<br />

Fathul-Bayan juga <strong>di</strong>katakan, bahwa nabi Muhammad s.a.w.<br />

file:///D|/elite-ebook/me<strong>di</strong>a.isnet.org/islam/<strong>Telanjang</strong>/VonisKejut.html (4 of 6)14/05/2006 21:44:13

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!