Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pembahasan Ahma<strong>di</strong>yyah<br />
mengangkat paulus <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> untuk bertahan dari<br />
keruntuhannya. Hanya dengan organisasi dan finansiil yang<br />
padat serta lindungan maupun naungan yang rindang, maka<br />
Bashirud<strong>di</strong>n Mahmud Ahmad benar-benar seorang "paulus"<br />
<strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong>. Itulah sebabnya <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> memberikan titel yang<br />
luar biasa pada sang khalifah itu. Justru <strong>di</strong>alah yang paling<br />
ketat menutupi seluruh aspek kehidupan ayahnya yang<br />
berantakan. Namun anehnya tidak satu segipun dari kehidupan<br />
Mirza Ghulam Ahmad yang hancur itu dapat tertutup rapat.<br />
Tidak juga sang putra maupun organisasinya berhasil<br />
menyembunyikan nabi penyebar kuman kematian itu.<br />
Ta<strong>di</strong> telah <strong>di</strong>katakan bahwa <strong>di</strong>karenakan tugasnya yang berat,<br />
yakni tugas menja<strong>di</strong> nabi palsu <strong>di</strong> In<strong>di</strong>a, maka Mirza Ghulam<br />
Ahmad mengalami depressi hidup yang memalukan serta<br />
memilukan hati. Namun demikian juga tidak bisa <strong>di</strong>abaikan,<br />
sebagaimana <strong>di</strong>katakan sebelum ini, bahwa karena effek-effek<br />
kejiwaan dan badaniahlah, maka Mirza Ghulam Ahmad gagal<br />
total dalam hidupnya.<br />
Entah karena jabatannya sebagai musailamah modern itu ia<br />
telah menderita, baik jiwa maupun badannya. Ataukah ia<br />
memang sudah mengalami masa menderita yang begitu lama dan<br />
parah sehingga timbul gagasannya untuk menja<strong>di</strong> pemimpin<br />
kerohanian, yang tidak pernah <strong>di</strong>harapkan bangsanya.<br />
Kenyataannya, kedua-duanya memang ada dan benar.<br />
Perkenalan atas perjalanan hidupnya sudah banyak kita<br />
ketahui, akan tetapi <strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> sen<strong>di</strong>ri maupun sang khalifah<br />
Bashirud<strong>di</strong>n masih dengan senang hati menambah lagi<br />
sajian-sajian tentang Mirza Ghulam Ahmad. Tentu saja<br />
sajian-sajian yang sekaligus menikam langsung dada sang nabi<br />
palsu itu. Maka inilah <strong>di</strong>a sajian-sajian yang berakhir<br />
dengan klimax yang menggelikan akan tetapi sangat<br />
menyayat-nyayat hati.<br />
Catatan kaki:<br />
1 Sinar Islam, no. 13, Th. XV/l965, hal. 32.<br />
2 idem, hal. 32.<br />
3 Saleh Nah<strong>di</strong>, Masalah Imam Mah<strong>di</strong>, l966,<br />
Raja Pena Surabaya, hal. 15.<br />
4 Saleh Nah<strong>di</strong>, Masalah Imam Mah<strong>di</strong>, hal. 16.<br />
5 Sinar Islam, no. 13/th. XV/1965, hal. 31.<br />
6 idem, hal. 31.<br />
7 Sinar Islam, no. 13/th. XV/1965, hal.32<br />
8 Sinar Islam, no. 10/1965. hal. 13/14<br />
---------------------------------------------<br />
<strong>Ahma<strong>di</strong>yah</strong> <strong>Telanjang</strong> <strong>Bulat</strong> <strong>di</strong> <strong>Panggung</strong> <strong>Sejarah</strong><br />
Abdullah Hasan Alhadar<br />
file:///D|/elite-ebook/me<strong>di</strong>a.isnet.org/islam/<strong>Telanjang</strong>/Tartuffe.html (4 of 5)14/05/2006 21:47:34