19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Jadi, dua jenis kekerasan, yang dilakukan negara dan oposisi, dipaparkan secara sejajar, dalam<br />

suatu jilid laporan kebenaran. 58 Sejarah yang dikisahkan ini berimbang, dan merupakan suatu<br />

narasi yang diciptakan untuk mendukung kesepakatan politik.<br />

Kesepakatan serupa menjadi hukum di Afrika Selatan. Mandat komisi kebenaran di<br />

negara ini adalah untuk menyelidiki pelanggaran rezim pendahulu, sekaligus juga pelanggaran<br />

yang dilakukan aktor-aktor non negara. 59 Suatu permasalahan kesetaraan moral dimunculkan<br />

oleh Laporan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika Selatan. Fokus jilid kedua dari<br />

laporan ini adalah para pelaku. Sementara laporan itu dimulai dengan pemaparan tentang<br />

peran negara, tepat setelah bagian ini adalah pembicaraan tentang “gerakan pembebasan” dan<br />

peran mereka dalam pelanggaran. Kesetaraan lebih lanjut tampak dalam proses pencarian<br />

kebenaran. Para pelaku dan korban secara umum dianggap setara; para pelaku dianalogikan<br />

dengan para korban, dan dengan demikian, memiliki kedudukan yang sama.<br />

Yang bersalah maupun yang tidak sama-sama korban ... Keluarga dari mereka yang disiksa,<br />

dilukai atau mengalami trauma diberdayakan untuk menemukan kebenaran, dan para pelaku<br />

diberikan kesempatan untuk mengakui kesalahan mereka. Negeri ini memulai proses panjang<br />

namun penting untuk menyembuhkan luka-luka masa lalu ... 60<br />

Implikasi etis dan politis dari narasi transisional demikian diperlihatkan oleh “laporan”<br />

Hannah Arendt tentang pengadilan utama kejahatan Nazi di Israel. 61 Laporan pengadilan<br />

Arendt ini berisikan sekumpulan argumen normatif, yang utamanya membahas tanggung<br />

jawab Eichmann sebagai pelaku terhadap para korbannya. Pemaparan peran birokratis<br />

Eichmann yang dibandingkan dengan peran para korbannya dalam satu laporan yang sama<br />

inilah yang dianggap mendukung klaim utama Arendt tentang “begitu biasanya” kejahatan.<br />

Risiko politisasi keadilan historis transisional digambarkan dalam laporan kebenaran<br />

transisional. Bila perundingan damai sepakat untuk bersama-sama menggabungkan<br />

penyelidikan terhadap kejahatan negara bersama dengan kejahatan pihak lainnya, pilihan<br />

komisi untuk menyelidiki kasus-kasus tertentu memiliki risiko tampak sebagai versi sejarah<br />

dari “pengadilan sandiwara”. Timbul pertanyaan tentang sejauh mana kesepakatan politik<br />

sebelum terbentuknya komisi membatasi independensi dan bahkan menentukan arah<br />

penyelidikan sejarah. Representasi politik berada pada spektrum kontinuitas dan<br />

diskontinuitas, dengan implikasinya yang terkait bagi kemungkinan perubahan ke arah<br />

demokrasi. Bila kedua jenis kekerasan diselidiki oleh satu komisi, terdapat gambaran<br />

kontinuitas, bahwa pelanggaran negara bersifat relatif, bahwa aparat penindasan negara serupa<br />

saja dengan oposisi politik. Proses bersama penyelidikan dan pelaporan kekerasan dari kedua<br />

pihak ini menempatkan keduanya dalam kategori yang paralel dan memberikan perbandingan<br />

58<br />

El Salvador Truth Commission Report, 6-7. Lihat Mark Deanner, “The Truth of El Mozote”, New Yorker, 6<br />

Desember 1993, 6-7.<br />

59<br />

Lihat Promotion of National Unity and Reconciliation Act 34 of 1995 (merujuk pada sasaran “membuat<br />

gambaran selengkap mungkin ... tentang pelanggaran berat hak asasi manusia ... termasuk ... perspektif para<br />

korban dan motif serta perspektif orang-orang yang bertanggung jawab atas terjadinya pelanggaran”), 801; Alex<br />

Boraine et al. (eds.), Dealing with the Past: Truth and Reconciliation in South Africa, CapeTown: Idasa, 1994.<br />

Lihat juga Emily H. McCarthy, “South Africa’s Amnesty Process: A Viable Route toward Truth and<br />

Reconciliation”, Michigan Journal of Race and Law 3 (musim gugur 1997): 183.<br />

60<br />

Azanian Peoples Organization (AZAPO) and Others v. President of the Republic of South Africa 1996 (4)<br />

SALR 671, 683-84 (CC).<br />

61<br />

Arendt, Eichmann in Jerusalem.<br />

21

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!