Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam
Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam
Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
International Law 1 (1990): 67 (membicarakan usaha PBB untuk membentuk pengadilan pidana<br />
internasional). [Mahkaham yang dimaksud itu, yaitu Mahkamah Pidana Internasional, saat ini telah<br />
didirikan, ed.]<br />
13. Lihat Norman E. Tutorow (ed.), War Crimes, War Criminals and War Crimes Trials: An Annotated<br />
Bibliography and Source Book, New York: Greenwood Press, 1986.<br />
14. Lihat catatan kaki 12 di atas.<br />
15. Sebuah contoh yang buruk adalah penolakan Amerika Serikat terhadap jurisdiksi Mahkamah<br />
Internasional dalam kasus yang diajukan Nikaragua. Lihat Nicaragua v. United States, 1984 ICJ 392<br />
(1984).<br />
16. Lihat Aryeh Neier, War Crimes: Brutality, Genocide, Terror, and the Struggle for Justice, New York:<br />
Times Books, 1998.<br />
17. Untuk komentator dengan posisi ini, lihat misalnya Hannah Arendt, Eichmann in Jerusalem: A Report<br />
on the Banality of Evil, New York: Penguin Books, 1964.<br />
18. PBB, Sidang Umum, International Law Commission: Report on the Principles of the Nuremberg<br />
Tribunal, Prinsip I, A/1316 (1950).<br />
19. Ibid. Prinsip III dari Prinsip Nuremberg menyatakan: “Fakta bahwa seorang pelaku tindakan yang<br />
merupakan kejahatan menurut hukum internasional bertindak sebagai Kepala Negara atau pejabat<br />
pemerintahan yang bertanggung-jawab tidak melepaskannya dari tanggung jawab menurut hukum<br />
internasional.”<br />
20. Baik Nuremberg maupun kasus lain sesudahnya, kasus Einsatzgruppen, Trials of War Criminals<br />
before the Nuremberg Military Tribunals under Control Council Law No. 10, Vol. 4-5 (Washington, DC:<br />
GPO, 1949-1953), menolak pembelaan kepatuhan pada perintah dan doktrin respondeat superior yang<br />
mengalihkan tanggung jawab pada pemberi perintah. Doktrin “tanggung jawab absolut” sebaliknya, yang<br />
menyatakan bahwa perintah atasan tidak pernah bisa menjadi justifikasi tindakan melanggar hukum,<br />
diajukan dalam Mitchell v.Harmony, 13 How 115 (1851) dan kemudian dimuat dalam Prinsip Nuremberg<br />
pada Pasal 8. Dalam standar ilegalitas yang diterima, jika seseorang yang bisa berpikir dengan baik bisa<br />
memahami bahwa perintah yang diterimanya secara manifes ilegal, maka pembelaan kepatuhan ini<br />
ditolak. Prinsip IV dari Prinsip Nuremberg menyatakan: “Fakta bahwa seseorang bertindak mengikuti<br />
perintah pemerintahnya atau atasannya tidak membebaskannya dari tanggung jawab menurut hukum<br />
internasional, dengan syarat bahwa ia bisa melakukan pilihan moral.”<br />
21. Lihat Judgment in the Tokyo War Crimes Trial, 1948, dicetak ulang sebagian dalam Richard Falk,<br />
Gabriel Kolko dan Robert Jay Lifton (eds.), Crimes of War: A Legal, Political-Documentary, and<br />
Psychological Inquiry into the Responsibility of Leaders, Citizens, and Soldiers for Criminal Acts in Wars,<br />
New York: Ramdon House, 1971, 113. Jenderal Yamashita mengajukan banding ke Mahkamah Agung<br />
Amerika Serikat, yang mengafirmasi prinsip tersebut. Lihat In re Yamashita, 327 US I, 13-18 (1945).<br />
22. United States v. Wilhelm von Leeb, dicetak ulang dalam XI Trials of War Criminals before the<br />
Nuremberg Military Tribunals under Control Council Law No. 10, 462 (1950) (High Command Case);<br />
United Sates v. Wilhelm List, dicetak ulang dalam XI Trials of War Criminals before the Nuremberg<br />
Military Tribunals under Control Council Law No. 10, 1230 (1950) (Hostage Case).<br />
23. Lihat umumnya Telford Taylor, Nuremberg and Vietnam: An American Tragedy, Chicago:<br />
Quadrangle Books, 1970. Lihat juga Falk, Kolko dan Lifton (eds.), Crimes of War, 177-415.<br />
24. Lihat United States v. Calley, 46 CMR 1131 (1973). Lihat juga Gary Kamarow, “Individual<br />
Responsibility under International Law: The Nuremberg Principles in Domestic Legal System”,<br />
International and Comparative Law Quarterly 29 (1980): 26-27, untuk diskusi singkat tentang kasus<br />
Calley dalam konteks ini.<br />
9