19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Mungkin akan timbul pertanyaan apakah kontinuitas dengan rezim pendahulu adalah<br />

suatu pertanyaan bagi para hakim masa transisi atau suatu pertanyaan politis yang perlu<br />

diperdebatkan secara lebih luas. Ketika pertanyaan ini muncul pada transisi kontemporer<br />

pasca-komunis, badan pengadilan mengambil tanggung jawab untuk mengambil keputusan.<br />

Isu ini menjadi pertanyaan politik di Jerman-bersatu. Namun, dalam pertimbangannya tentang<br />

sah tidaknya hukum Republik Demokratik Jerman (GDR) untuk kasus penjaga perbatasan,<br />

Pengadilan Berlin mengabaikan kesepakatan politik antara kedua negara Jerman tersebut<br />

(Jerman sebelum bersatu). Traktat Unifikasi mempertimbangkan kontinuitas hukum pidana<br />

Jerman Timur, dengan syarat bahwa ia diterapkan bagi tindakan pidana yang dilakukan pada<br />

masa sebelum reunifikasi. Namun, pengadilan menolak pembelaan para penjaga perbatasan<br />

yang berdasarkan pada hukum Jerman Timur. 47 Dengan demikian, pengadilan menunjukkan<br />

independensinya dari legislatif dan agenda politiknya. Namun, respon transformatif terhadap<br />

masalah politis tidak terlalu diperlukan di Jerman-bersatu, dibandingkan dengan negara-negara<br />

lain di Eropa, karena konteks transisinya. Demikian pula, ketika Pengadilan Konstitusional<br />

Hungaria menolak hukum pengadilan 1956, ia memberikan pesan yang jelas tentang<br />

independensinya dari elemen-elemen politik negara itu. 48 Keputusan-keputusan ini<br />

mencerminkan pemahaman mendalam tentang kedaulatan hukum yang dibentuk oleh badan<br />

pengadilan transisional yang berusaha mencapai independensi dari politik.<br />

Para teoretisi politik sering kali membedakan rezim liberal dengan non-liberal atas<br />

dasar konstitusi mereka; peran konstitusionalisme transisional dibicarakan lebih mendalam<br />

pada bab 6. Namun, penelitian yang dilakukan di sini menunjukkan bahwa apa yang<br />

menunjukkan sifat liberal dari suatu rezim politik bukanlah spesifiknya suatu tatanan<br />

institusional tertentu, namun lebih pada sejauh mana terdapat pelaksanaan dan pemahaman<br />

terhadap kedaulatan hukum. Meskipun konstitusi era komunis menggambarkan hak-hak,<br />

umumnya hak-hak tersebut hanya ada di atas kertas dan jarang dilaksanakan. Jadi, setelah<br />

komunisme, pengesahan piagam baru tentang hak asasi tidak akan memberikan transformasi<br />

yang signifikan bagi kedaulatan hukum. Sebagai respon terhadap ketidakadilan ini, ada<br />

sejumlah pengadilan konstitusional untuk melaksanakan konstitusi yang baru. 49 Peran ini bagi<br />

badan pengadilan adalah respon legal “kritis” yang secara jelas menandakan transformasi<br />

terhadap sistem konstitusional demokrasi liberal.<br />

Pengadilan konstitusional membantu transformasi menuju sistem kedaulatan hukum<br />

dengan beberapa cara. Pertama, pengadilan timbul dari sistem kekuasaan negara yang<br />

tersentralisasi; sebagai forum baru yang dibentuk secara khusus pada masa perubahan dan<br />

transformasi politik, pembentuknya dengan sendirinya menandakan berakhirnya tatanan<br />

politik masa lalu. Kedua, akses terhadap pengadilan konstitusional melalui litigasi<br />

memberikan kemungkinan partisipasi dalam sistem demokrasi yang baru mulai berkembang.<br />

Sejalan dengan waktu, akses ke pengadilan akan memungkinkan masukan dari masyarakat ke<br />

dalam interpretasi konstitusional, memungkinkan pemahaman di tingkat masyarakat terhadap<br />

pembatasan pemerintah dan perlindungan terhadap hak individual. Akses masyarakat ke<br />

pengadilan untuk pelaksanaan hak-hak individual merupakan simbol potensial keterbukaan<br />

Foundation, 1994). Lihat juga Konstitusi Afrika Selatan, Bab VII (dibicarakan pada bab tentang keadilan<br />

konstitusional dalam buku ini).<br />

47 Lihat Judgment of Jan. 20, 1992 (dikutip di catatan kaki 31 di atas).<br />

48 Lihat Judgment of March 5, 1992 (dikutip di catatan kaki 21 di muka).<br />

49 Lihat Teitel, “Post-Communist Constitutionalism”, 169-76.<br />

16

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!