19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Authoritarian Rule: Southern Europe, Baltimore: Johns Hopkins University Press, 1986, 108-37. Lihat<br />

Tura, “Iberian Case Study”, 291-92.<br />

25. Untuk <strong>tinjauan</strong> umum tentang transisi dan analisis terhadap Konstitusi 1988, lihat Keith S. Rossen,<br />

“Brazil’s New Constitution: An Exercise in Transient Constitutionalism for a Transitional Society”,<br />

American Journal of Comparative Law 38 (1990): 773.<br />

26. Untuk contoh tentang batasan baru terhadap penetaan keadaan siaga, lihat Pasal 136 dan 137, selain<br />

penyusunan undang-undang kepresidenan yang dikaitkan dengan keadaan darurat. Konstitusi Brazil<br />

menyatakan: “Kekuasaan legislatif dilaksanakan oleh Kongres Nasional “... Konstitusi Brazil, Pasal 44.<br />

Pasal 62 menyatakan:<br />

Dalam kasus penting dan urgen, Presiden Repblik bleh mengambil tindakan sementara<br />

yang berkekuatan hukum; namun, ia harus segera memberikannya kepada Kongres<br />

nasional, yang bila sedang dalam keadaan reses, harus bersidang dalam sidang istimewa<br />

dalam waktu lima hari.<br />

....<br />

Tindakan semantara ini akan tidak berlaku sejak tanggal diterbitkannya bila tidak diubah<br />

kedudukannya menjadi hukum dalam tiga puluh hari setelah tanggal diterbitkannya, dan<br />

Konres Nasional harus mengatur semua hukum yang terkait yang mungkin timbul dari<br />

pengambilan langkah-langkah tersebut.<br />

27. Untuk contoh argumen ini, lihat Rossen, “Brazil’s New Constitution”, 783.<br />

28. Untuk <strong>tinjauan</strong> singkat tentang negosiasi yang terjadi, lihat “Chile: Chronology 1988-1991”, jilid 4<br />

dalam Albert P. Blaustein dan Gilbert H. Flanz (eds.), Constitutions of the Countries of the World, Dobbs<br />

Ferry, N.Y: Oceana Publications, 1994, 33-36. Pasal 9 tentang partai politik mengalami amendemen,<br />

selain Pasal 95 dan 96, yang melemahkan Dewan Keamanan nasional.<br />

29. Daniel T. Fox dan Anne Stetson, “The 1991 Constitutional Reform: Prospects for Democracy and the<br />

Rule of Law in Colombia”, Case Western Reserve Journal of International Law 24 (1992): 143-44.<br />

30. William C. Banks dan Edgar Alvarez, “The New Colombian Constitution: Democratic Victory of<br />

Popular Surrender?” University of Miami Inter-American Law Review 23 (1991): 55-57. Lihat Foz dan<br />

Stetson, “The 1991 Constitutional Reform”, 142, 145.<br />

31. Lihat Konstitusi Kolombia, Pasal Peralihan 6 (menjelaskan Konstituante Nasional), Pasal Peralihan 39<br />

(memberikan kepada presiden “kekuasaan luar biasa” untuk menerbitkan “keputusan yang berkekuatan<br />

hukum” dalam jangka waktu tiga bulan), dan Pasal Peralihan 30 (tentang amnesti).<br />

32. Lihat Rawls, Political Liberalism, 133-72.<br />

33. Untuk <strong>tinjauan</strong> mendalam tentang sejarah penyusunan konstitusi Jepang, lihat Kyoko Inoue,<br />

MacArthur’s Japanese Constitution: A Linguistic and Cultural Study of Its Making, Chicago: University<br />

of Chicago Press, 1991.<br />

34. Untuk suatu tuduhan bahwa konstitusi gagal menciptakan otoritas dan stabilitas, lihat Arendt, On<br />

Revolution, 144-45.<br />

35. Lihat Konstitusi Jepang, Bab III, Pasal 9. Bab I Konstitusi Jepang membahas perihal kekaisaran.<br />

Dalam Pasal 1, ia dijadikan “simbol negara”. Pasal 3 menyatakan: “Saran dan persetujuan Kabinet akan<br />

menjadi syarat untuk semua tindakan kaisar dalam hal kenegaraan, dan kabinet akan bertanggung jawab”.<br />

Pasal 4 menyatakan: “Kaisar ... tidak memiliki kekuasaan yang berkaitan dengan pemerintahan”.<br />

45

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!