19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

untuk menciptakan Kota Abadi di bumi”, dan keinginan untuk membentuk pemerintah<br />

“yang mampu menghentikan siklus pergantian pemerintahan, dari menanjaknya hingga<br />

keruntuhan suatu imperium, dan membentuk suatu kota yang abadi”. 8 Pemikiran tentang<br />

peletakan dasar ini menyelesaikan dilema perubahan politik dengan konstitusi yang<br />

bersifat abadi. Meskipun bersifat paradoksal, perubahan revolusioner yang ingin<br />

dilakukan ini adalah tindakan peletakan dasar yang bersifat konstitutif.<br />

Konstitusionalisme Amerika dicirikan oleh paradoks perubahan konstitusional: yang<br />

revolusioner namun berlangsung abadi. Pandangan Amerika terhadap revolusinya ini<br />

mendorong timbulnya paradigma baru tentang konstitusionalisme sebagai dasar bagi<br />

tatanan demokratik. Dalam paradigma ini, konstitusionalisme adalah sesuatu yang<br />

berbeda dari arti klasiknya, yang diidentifikasikan dengan tatanan politik. Ia lebih<br />

menyerupai konstitusionalisme dalam arti Magna Carta, yang melindungi kebebasankebebasan<br />

negatif. Pemikiran tentang demokrasi konstitusional melampaui perlindungan<br />

terhadap hak-hak individual saja. “Penyusunan konstitusi” dianggap sebagai “tindakan<br />

revolusioner yang paling utama dan mulia”. 9 Suatu konstitusionalisme mendasar yang<br />

ideal memiliki potensi untuk mengesahkan seluruh sapuan normatif dari revolusi.<br />

Melanjutkan pemikiran Arendt, konstitusionalis Amerika, Bruce Ackerman,<br />

menyatakan klaim normatif yang kuat tentang penyusunan konstitusi sebagai dasar<br />

revolusi demokrasi. Dalam pandangan ini, penyusunan konstitusi merupakan tahap<br />

terpenting dan terakhir dalam revolusi liberal, suatu “momen konstitusional” revolusioner<br />

yang menunjukkan keterpisahan dari rezim lama dan berdirinya tatanan politik yang<br />

baru. 10 “Jika sasaran yang ingin dicapai adalah tranformasi terhadap norma-norma<br />

konstitusional, maka keterpisahan sama sekali adalah hal yang diharapkan ...”. Bagi<br />

Ackerman, suatu “tatanan yang sah” bergantung pada “usaha sistematik untuk<br />

menunjukkan prinsip-prinsip rezim baru”. Dalam teori konstitusional kontemporer,<br />

penyusunan konstitusi transformatif tidak terbatas pda revolusi; namun terdapat pula<br />

momen-momen konstitutif lainnya yang potensial. Dengan memperluas kemungkinan<br />

penyusunan konstitusi transformatif di luar masa revolusi, Ackerman memberikan suatu<br />

perbedaan antara politik biasa dan politik konstitusional dalam model modern ini. Dalam<br />

kerangka “demokrasi dualis”, perubahan politik atau konstitusi normal berjalan dalam<br />

jalur yang berbeda, dan menawarkan penyelesaian yang rapih terhadap dilema yang<br />

ditimbulkan konstitusionalisme dalam masa-masa revolusioner. Dengan mendefinisikan<br />

kategori “ganda” yaitu penyusunan keputusan “biasa” oleh pemerintah, dan penyusunan<br />

hukum “tingkat tinggi” oleh “rakyat”, dilema konstitusi dan perubahan politik radikal<br />

dapat diselesaikan. 11 Dalam demokrasi dualis, dilema awal konstitusional, perubahan<br />

konstitusional dan <strong>tinjauan</strong> konstitusional dihilangkan.<br />

Dalam model kontemporer, penyusunan konstitusi memiliki arti revolusi melalui<br />

penyusunan hukum tingkat tinggi, namun pembedaan antara penyusunan hukum tingkat<br />

tinggi dan rendah masih ambigu. Yang mencirikan penyusunan hukum tingkat tinggi<br />

adalah suatu proses yang khas dan penentuan waktu yang tepat. Ada saat-saat yang<br />

8 Ibid., 232-34.<br />

9 Ibid,. 157.<br />

10 Bruce A. Ackerman, The Future of Liberal Revolution, New Haven: Yale University Press, 1992, 57.<br />

Lihat umumnya Michel Rosenfeld (ed.), Constitutionalism, Identity, Difference and Legitimacy:<br />

Theoretical Perspectives, Durham: Duke University Press, 1994 (menganalisis kaitan antara<br />

konstitusionalisme dan identitas kelompok).<br />

11 Bruce A. Ackerman, “Constitutional Politics/Constitutional Law”, Yale Law Journal 99 (1989): 453-547.<br />

4

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!