19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

perlindungan konvensional. Struktur normatif yang diciptakan oleh Basic Law sering kali<br />

dikatakan sebagai “demokrasi militan”. 44 Demokrasi militan mungkin merupakan konsep<br />

yang paradoksal, namun menunjukkan tujuan transformatif utama dari instrumen ini.<br />

Dengan memberikan persyaratan demokratis bagi individu dan partai politik,<br />

elemen-elemen non-liberal akan disingkirkan dari kehidupan politik. Suatu tatanan<br />

konstitusional yang militan tidak hanya siaga menghadapi penyalahgunaan kekuasaan<br />

negara, tetapi juga kedaulatan rakyat. 45 Konstitusionalisme transisional berjalan secara<br />

berbeda dari intuisi umum tentang peran konstitusionalisme. Perlindungan terhadap<br />

penindasan serupa di masa depan tidak terbatas pada pernyataan tentang hak-hak<br />

individual; konstitusi transisional tidak hanya memberikan batas terhadap mayoritas<br />

politik, namun juga pada sistem politik yang tidak liberal. Pandangan bahwa fasisme<br />

merupakan ekspresi politik yang bersifat populis mengarah pada usaha untuk membatasi<br />

ekspresi demikian, bahkan bila dilakukan oleh mayoritas sekalipun, yang merupakan<br />

suatu tindakan paradoksal dalam usaha mempertahankan demokrasi konstitusional.<br />

Sebagai instrumen konstitusional sementara, Basic Law mencerminkan berbagai tingkat<br />

transisionalitas dan kekokohan konstitusional. Beberapa norma konstitusional bersifat<br />

sementara, sedangkan yang lainnya yaitu yang berkaitan dengan nilai-nilai normatif<br />

liberal (seperti perlindungan hak kesetaraan individual) bersifat amat kukuh dan tidak<br />

dapat diutak-atik, 46 dan dengan demikian mendefinisikan identitas politik liberal negara<br />

tersebut. Basic Law Jerman, seperti diinterpretasikan pengadilan konstitusional negara<br />

itu, menjadi penjaga negara liberal. Ia bisa dibandingkan dengan konstitusi pascaapartheid<br />

Afrika Selatan 1993.<br />

Konstitusi pasca-perang ini menggambarkan konstitusionalisme dalam abad<br />

ketiganya. Dalam pergeseran meninggalkan pemerintahan otoriter, dengan latar belakang<br />

rezim konstitusional yang sudah ada, konstitusi demikian memainkan fungsi kritis:<br />

merekonstruksi kecenderungan konstitusional masa lalu yang terkait dengan kebijakan<br />

non-liberal. Sementara penyusunan konstitusi pasca-otoritarianisme sering kali tidak<br />

memiliki legitimasi melalui proses konstitusional penuh yang ada dalam model<br />

fondasionalis, delegitimasi terhadap rezim yang lama membuka jalan untuk rekonstruksi<br />

konstitusional. Konstitusi pasca-perang tidak dapat dijelaskan dalam model<br />

konstitusional yang diidealisasi, karena tidak bisa dianggap sebagai ekspresi sepenuhnya<br />

konsensus masyarakat dan agenda revolusioner. Sering kali bahkan konstitusi merupakan<br />

hasil proses politik yang bertentangan dengan itu. Ketiadaan konsensus masyarakat<br />

dalam proses penyusunan konstitusi dan ketiadaan komitmen demokratis yang terdapat<br />

dalam pandangan tentang konstitusi sebagai dasar politik juga tampak dalam prinsip<br />

44 Lihat Donald P. Kommers, The Constitutional Jurisprudence of the Federal Republic of Germany, edisi<br />

kedua, Durham: Duke University Press, 1997. Untuk ilustrasi tentang prinsip konstitusional ini dalam<br />

Keputusan Pengadilan Konstitusional Federal, lihat, Socialist Reich Party Case, 2 BverfGE 1 (Jerman<br />

1952), diterjemahkan dalam Kommers, Constitutional Jurisprudence of the Federal Republic of Germany,<br />

218. Lihat juga Donald P. Kommers, “German Constitutionalism: A Prolegomenon”, Emory Law Journal<br />

40 (1991): 854.<br />

45 Partai-partai politik yang “tujuannya atau tindakan pengikutnya, berusaha untuk melemahkan atau<br />

menyingkirkan tatanan mendasar demokrasi bebas atau mengancam eksistensi Republik Federal Jerman,<br />

dianggap inkonstitusional”, Basic Law, Pasal 21 § 2. Individu kehilangan hak konstitusionalnya untuk<br />

berekspresi bila terjadi penyalahgunaan ucapan, pers, pendidikan dan berkumpul “untuk melemahkan<br />

tatanan mendasar demokrasi bebas” (Pasal 18). Lihat bab sebelumnya “<strong>Keadilan</strong> Administratif”.<br />

46 Lihat Basic Law, Pasal 74 § 3 (menetapkan bahwa “prinsip-prinsip mendasar” dalam Pasal 1 dan 20 tidak<br />

boleh diamendemen :hingga jangka waktu yang tidak terbatas” atau “abadi”).<br />

16

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!