19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pemikiran tentang semakin diperlukannya intervensi kemanusiaan, yang menimbulkan<br />

pertanyaan lebih lanjut tentang tanggung jawab moral dan hukum terhadap kekejaman.<br />

Terlepas dari apakah dalam hal ini hukum membentuk sejarah atau sebaliknya, dinamika<br />

keseluruhannya tampak dengan jelas – bahwa pemahaman hukum dan sejarah mengalami<br />

pergerakan ke arah yang sama. Pada akhir abad ke-20, terdapat anggapan bahwa tanggung<br />

jawab untuk penindasan di masa modern terletak pada individu, yang dilatarbelakangi oleh<br />

kebijakan yang sistemik. Pemahaman sejarah ikut berubah dengan merujuk pada kerangka<br />

yang diterima. Maka, nilai sejarah pengadilan pasca-perang juga ikut berubah sejalan dengan<br />

pemahaman di atas. Pandangan bahwa pengadilan tersebut diarahkan untuk menentukan<br />

tanggung jawab individual terhadap kejahatan perang telah berganti dengan pemahaman yang<br />

lebih kompleks tentang pelanggaran hak asasi manusia.<br />

Dalam negara dengan sistem kedaulatan hukum yang modern, pengadilan merupakan<br />

ritual untuk secara terbuka mengkontekstualkan dan mengisahkan pengalaman pelanggaran di<br />

masa lalu. Dalam masa transisi, pengadilan memiliki peran yang bahkan lebih signifikan,<br />

karena ia tepat untuk digunakan merepresentasikan sejarah yang kontroversial, yang lazim<br />

terjadi pada masa gejolak politik. Namun, ritual-ritual tentang perdebatan sejarah kasus demi<br />

kasus, sebagaimana dilakukan oleh proses pengadilan terhadap individu, sering kali gagal<br />

menyikapi kekejaman besar-besaran yang merupakan ciri khas penindasan dalam negara<br />

modern.<br />

Dilema <strong>Keadilan</strong> Politis<br />

Pengadilan-pengadilan suksesor menunjukkan bahwa dalam saat transisi, pengadilan bisa<br />

digunakan sebagai kerangka pemahaman tentang tanggung jawab. Maka, meskipun<br />

pengadilan lazimnya dianggap menekankan pada tanggung jawab individual terhadap<br />

kesalahannya, pengadilan transisional menengahi pemahaman tanggung jawab individual dan<br />

tanggung jawab kolektif. Meskipun pengadilan suksesor berpotensi untuk menciptakan suatu<br />

rekaman sejarah tentang masa lalu yang gelap suatu negara, penggunaan pengadilan untuk<br />

tujuan tersebut menjadi tantangan bagi prinsip kedaulatan hukum. Timbul dilema yang sukar<br />

ketika kebijakan penghukuman diterapkan terutama untuk menciptakan suatu rekaman sejarah,<br />

bila tujuan utama hukuman di masa transisi berada di luar sistem peradilan pidana di masa<br />

normal. Ilustrasi kontemporer tentang hal ini adalah penggunaan pengadilan pasca-komunis,<br />

seperti tentang pemberontakan Hungaria 1956, untuk memberikan gambaran yang jelas<br />

tentang masa sejarah yang semula kabur. Pengadilan-pengadilan tersebut berisiko dianggap<br />

dipengaruhi oleh kepentingan politik. Penyusunan sejarah publik dengan menggunakan hukum<br />

pidana menimbulkan kecemasan tentang dikorbankannya hak-hak individual terhadap<br />

kepentingan masyarakat untuk menciptakan suatu catatan sejarah. Suatu kasus yang ekstrem<br />

adalah pengadilan seorang yang tidak bersalah untuk menunjukkan satu titik dalam sejarah.<br />

Penggunaan pengadilan untuk kepentingan politis secara terang-terangan demikian hanya akan<br />

menjadi “pengadilan sandiwara”. Bila negara-negara yang sedang mendemokratiskan dirinya<br />

menggunakan pengadilan untuk mencapai keadilan historis, mereka berisiko mengalami<br />

politisasi – dan memberikan kesan bahwa tidak ada perubahan dibandingkan rezim<br />

sebelumnya.<br />

Bahkan bila pengadilan ditujukan untuk mendorong perubahan ke arah yang lebih<br />

liberal dan menaati prosedur hukum, begitu mulai dilaksanakan, dampak pengadilan sering<br />

8

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!