19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

erpikir tentang penggunaan cara-cara yang berdasarkan pada kelas politik? Intuisi kita adalah<br />

mengkonseptualkan tindakan-tindakan tersebut dengan cara yang antinomik: sebagai hukuman<br />

yang retrospektif, atau kondisi tatanan politik yang prospektif. Tindakan administratif<br />

transisional tampak paradoksal, dan tidak sesuai dengan intuisi yang berdasarkan pada hukum<br />

di masa biasa. Dalam beberapa hal, tindakan tersebut memandang ke depan, untuk<br />

mengadakan transformasi politik. Namun, di sisi lain, tindakan administratif transisional<br />

memandang ke belakang, seperti sanksi punitif. Dalam karakternya yang memandang ke<br />

belakang ini, respon-respon demikian menyerupai sanksi pidana; sementara dalam<br />

memandang ke depan, tindakan-tindakan ini merupakan usaha berskala besar untuk menyusun<br />

kembali komunitas, institusi dan proses politik, dan dalam hal ini keadilan administratif<br />

menyerupai langkah-langkah konstitusional.<br />

Berkaitan dengan pertentangan antara sifatnya yang memandang ke belakang sekaligus<br />

ke depan adalah subjek peraturan ini, yang mencakup individu maupun kolektif. Peradilan<br />

pidana biasanya berusaha menentukan tanggung jawab individual terhadap kesalahannya,<br />

namun tirani negara birokratik modern menyebarluaskan tanggung jawab dalam seluruh<br />

pemerintahan. Sehingga, penggunaan hukum pidana biasa tidak tepat, terutama bila mereka<br />

yang terlibat dalam represi di masa lalu tidak hanya tidak dihukum, namun masih tetap<br />

memegang kekuasaan dalam rezim yang baru. Sementara sanksi pidana biasanya ditimbulkan<br />

dari kesalahan individual, sanksi perdata yang bersifat administratif didasarkan pada syaratsyarat<br />

untuk penyingkiran, terutama loyalitas politik, yang secara sistematis<br />

mendiskualifikasikan kelompok-kelompok tertentu secara keseluruhan dari pemerintahan yang<br />

baru.<br />

Syarat kategoris yang muncul terus menerus dalam respon transisional ini memiliki<br />

bentuk yang tegas: suatu kebijakan penyingkiran, yang mengingatkan kita pada teori politik<br />

Thomas Hobbes, yang kemudian muncul kembali dalam tulisan Carl Schmitt, yaitu bahwa<br />

“tindakan dan motif politik dapat direduksi menjadi ‘kawan’ dan ‘lawan’”. 2 Suatu hukum<br />

perdata yang terpolitisasi dapat menciptakan rezim politik yang baru, dengan menunjukkan<br />

pergeseran pemegang kekuasaan konstitutif dan kedaulatan.<br />

Respon kolektif yang bersifat ideologis tidak bisa dilepaskan dari politik dalam<br />

transformasi. Dilema keadilan administratif tergambar dalam pengalaman dari masa kuno,<br />

Amerika Serikat pasca-Perang Saudara, Eropa pasca-Perang, Amerika Latin pasca-rezim<br />

militer dan dekomunisasi bekas blok Soviet. Langkah-langkah tersebut menggambarkan<br />

bahwa penyelesaian praktis yang merupakan gabungan hukum dan politik diciptakan dalam<br />

masa-masa pergolakan. Dengan penggabungan tersebut, proses-proses dan justifikasi bersama<br />

menunjukkan bahwa bentuk-bentuk tindakan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan<br />

mereka, namun terkait dengan keperluan transformatif. Pembahasan tentang contoh-contoh<br />

historis di bawah ini menggambarkan peran praktik-praktik tersebut dalam transformasi<br />

radikal.<br />

Sodom dan Gomora: “Pembersihan” Dua Kota yang Jahat<br />

2<br />

Carl Schmitt, The Concept of the Political, terjemahan George Schwab, Chicago: University of Chicago Press,<br />

1996, 26.<br />

2

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!