19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

dikemukakan secara kabur, dan kelalaian untuk “bersikap secara seharusnya” dalam masa<br />

pendudukan menjadikan seseorang dikenakan petanggungjawaban hukum. 32<br />

Pembersihan yang paling radikal dan luas terjadi dalam sektor media. 33 Dalam kasus<br />

ini, kolaborasi mudah dibuktikan – dengan teks sebagai buktinya – dan penerbitan<br />

menyebabkan isu kolaborasi ini terlihat di mata publik. Melalui pembersihan, media dijadikan<br />

bagian dari rezim baru di mata publik. Ketika media-media kolaborator dibersihkan, batasan<br />

kebebasan berekspresi direkonstruksi berdasarkan respon terhadap masa lalu. Bahkan namanama<br />

surat kabar mengalami perubahan mendasar, seperti nama surat kabar Prancis,<br />

Libération, simbol perubahan identitas.<br />

Pembersihan sektor publik pasca-pendudukan ini tidak hanya dilakukan pada sistem<br />

layanan publik, namun diusahakan untuk “memurnikan” masyarakat secara keseluruhan.<br />

Pembersihan politik dalam sektor publik ini secara kritis merespon sifat represi fasis yang<br />

khas, yaitu dengan hegemoni sektor-sektor produksi ideologi, seperti pendidikan dan media. 34<br />

Pertanggungjawaban elite intelektual menunjukkan pengakuan terhadap perannya yang<br />

menerima fasisme dan usahanya untuk mengarahkan kembali sektor ini ke ideologi rezim<br />

penerus yang liberal.<br />

Pembersihan pasca-perang merekonstruksi kaitan antara individu, organisasi dan<br />

negara. Pelucutan politik ditentukan berdasarkan kolektif, namun mempengaruhi individu.<br />

Pendekatan informal dalam proses identifikasi afiliasi fasis masa lalu ini menunjukkan bahwa<br />

penyingkiran berdasarkan keanggotaan kelompok tidak diarahkan pada pelanggaran<br />

individual. Yang menjadi sasaran adalah perubahan institusional untuk menuju transformasi<br />

lingkup publik. Individu menjadi sarana untuk secara publik mengutuk ideologi rezim lama<br />

dari ranah publik di masa depan. Pembersihan pasca-perang ini menantang intuisi kita tentang<br />

peran hukum, karena pelaksanaan keadilan tidak dilakukan berdasarkan prosedur yang lazim,<br />

namun melalui prosedur informal dan tidak teratur. Ketidaktaatan proses tersebut pada due<br />

process, juga sifatnya yang tidak transparan dan terpolitisasi, mencerminkan pemahaman<br />

tentang kedaulatan hukum yang dikompromikan. Dan, meskipun tujuannya memandang ke<br />

depan, yaitu demokrasi, alat-alat tersebut serupa dengan yang digunakan oleh rezim-rezim<br />

represif, yaitu keputusan yang diambil berdasarkan ideologi, yang bertentangan dengan<br />

pemikiran liberal. Meskipun paradoksal, ini adalah respon yang kritis – menggunakan caracara<br />

lama secara terbuka untuk menunjukkan pergantian ideologi. Terlebih lagi, masalah yang<br />

timbul dari penggunaan cara-cara non-liberal untuk tujuan liberal ini berkurang karena<br />

dampaknya yang terbatas pada sistem hukum. Pembersihan pasca-perang ini dilakukan selama<br />

waktu yang singkat, dari hanya setahun hingga lima tahun. 35 Tindakan yang secara mendasar<br />

terpolitisasi ini sejak awal ditujukan sebagai mekanisme transformatif sementara. Sifat<br />

sementara yang terlihat di sini, seperti pada contoh-contoh lebih awal, seperti Rekonstruksi<br />

Amerika, tampak pula dalam transformasi politik kontemporer yang dibicarakan dalam bab<br />

32 Lihat Henry Lloyd Mason, The Purge of the Dutch Quislings, Den Haag: Nijhoff, 1952, 90.<br />

33 Tentang Prancis, lihat umumnya Novick, Resistance versus Vichy; Lottman, The Purge, 249-63; Tony Judt,<br />

Past Imperfect, French Intellectuals, 1944-1956, Berkeley: University of Chicago Press, 1992. Tentang Belanda.<br />

lihat umumnya Mason, Purge of the Dutch Quislings.<br />

34 Lihat Hannah Arendt, The Origins of Totalitarianism, New York: Meridian Books, 1958.<br />

35 Di Prancis misalnya, undang-undang amnesti selektif disahkan pada tahun 1947, dan undang-undang amnesti<br />

universal pada tahun 1951. Undang-undang 5 Agustus 1953 menghentikan sanksi administratif. Lihat umumnya<br />

Lottman, The Purge.<br />

15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!