19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Warisan Nuremberg<br />

Sejak Perang Dunia Kedua, pandangan tentang keadilan suksesor telah didominasi oleh nilainilai<br />

yang didapatkan dari pengadilan Nuremberg. Signifikansi pengadilan tersebut paling<br />

mudah ditempatkan dalam konteks sejarah dan politisnya, dengan melihat keadilan<br />

transisional pasca-Perang Dunia Pertama dan kegagalan kebijakan pengadilan nasionalnya. 11<br />

Kebijakan keadilan di Versailles melatarbelakangi kebijakan pengadilan di Nuremberg dan<br />

menjelaskan mengapa pengadilan nasional dianggap terlalu politis dan tidak dapat bekerja.<br />

Kegagalan pengadilan nasional pasca-Perang Dunia Pertama dianggap bertanggung-jawab<br />

untuk timbul kembalinya agresi Jerman. Rasa bersalah yang berkaitan dengan perang dan<br />

ditanggung oleh seluruh negeri dianggap mencegah transisi menuju demokrasi yang<br />

berkelanjutan. Pandangan bahwa keadilan nasional bersifat terlalu politis ini menjadi latar<br />

belakang kebijakan pasca-perang sebelumnya, dengan akibat yang akan terlihat sepanjang sisa<br />

abad ke-20.<br />

Melalui Pengadilan Nuremberg, inti dari respon pasca-perang menjadi norma yang<br />

diterima. Seperti setelah Perang Dunia Pertama, mekanisme pertanggungjawaban adalah<br />

pengadilan, dan pelanggaran utama yang dipermasalahkan adalah agresi. Namun, kesamaan<br />

antara kedua pengadilan tersebut hanya sampai di situ. Perbedaan signifikan dari Nuremberg<br />

adalah pertanggungjawaban tetap ada di tangan pihak sekutu; jurisdiksinya bukan nasional,<br />

melainkan internasional. Dan, alih-alih menghukum <strong>sebuah</strong> negara, tujuannya adalah<br />

membebankan pertanggungjawaban individual. Namun, kita akan melihat bahwa realitas<br />

pengadilan Nuremberg bergeser dari mandatnya semula.<br />

Warisan Nuremberg menjadi lebih rumit dengan celah yang tampak antara idealisasi<br />

ilmiah tentang preseden tunggal ini dan realitas sejarahnya: setengah abad kemudian,<br />

pembicaraan tentang pengadilan tersebut masih terdengar. Bagaimana keadilan dicapai di<br />

Nuremberg, termasuk ketidaksesuaian dengan prosedur umum, menjadi identik dengan<br />

keadilan suksesor. Sebuah anomali hukum pada waktu itu, pengadilan Nuremberg masih tetap<br />

merupakan preseden yang menjadi anomali, dengan melihat praktik-praktik suksesor lainnya<br />

di abad ini. Namun, satu cara untuk memahami signifikansi Nuremberg sebagai preseden<br />

adalah dengan membedakan berbagai pemahaman tentang preseden tersebut, misalnya antara<br />

Nuremberg sebagai proses, dalam sidang Tribunal Militer Internasional dan proses peradilan<br />

pidana internasional, dan aspek doktriner, yaitu keputusan-keputusan yang disahkan. Diawali<br />

dengan aspek preseden persidangan, di sinilah presedennya terlemah. Dalam lima puluh tahun<br />

setelah Nuremberg, meskipun sering kali dibicarakan tentang baiknya tribunal serupa,<br />

terutama di masa perang, jarang sekali dilaksanakan proses pengadilan, meskipun,<br />

sebagaimana kita mendekati akhir abad ke-20, mulai tercipta momentum untuk pembentukan<br />

pengadilan pidana internasional yang permanen. 12<br />

11 Untuk <strong>tinjauan</strong> tentang pengadilan-pengadilan nasional yang gagal, lihat George Gordon Battle, “The Trials<br />

Before the Leipsic Supreme Court of Germans Accused of War Crimes”, Virginia Law Review 8 (1921): 1.<br />

12 Komisi Persiapan Pembentukan Pengadilan Pidana Internasional telah menyelesaikan tugasnya dengan<br />

mengesahkan kerangka kerja untuk Pembentukan Pengadilan Pidana Internasional. Lihat U.N. doc.<br />

A/AC.249/1998/CRP.6-18, U.N. doc. A/AC.249/1998/CRP.21, U.N. doc. A/AC.249/1998/CRP.19, U.N. doc.<br />

A/AC.249/1998/CRP.3/Rev.1. Hingga diterbitkannya buku ini [dalam versi Inggris, ed.], Sidang Diplomatik<br />

Tingkat Tinggi PBB untuk Pembentukan Pengadilan Pidana Internasional telah bersidang di Roma antara 15 Juni<br />

sampai 17 Juli 1998, untuk memfinalkan dan menyetujui konvensi untuk pembentukan pengadilan tersebut. Lihat<br />

5

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!