19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

perak bisa dianggap sebagap pemberian hadiah, pinjaman, sogokan agar mereka pergi,<br />

pertukaran hak milik antara dua pihak, misalnya pertukaran barang-barang bergerak milik<br />

orang Mesir dengan tanah-tanah yang dimiliki orang Israel yang ditinggal, kompensasi<br />

untuk upah yang belum terbayar dan pelanggaran-pelanggaran lain yang terkait dengan<br />

perbudakan, atau sebagai ganti rugi simbolis, rehabilitasi status politik. Dalam satu<br />

interpretasi, kisah ini menjelaskan bagaimana orang-orang Israel memanfaatkan kondisi<br />

politik yang kacau dan menjarah barang-barang rampasan. Dalam interpretasi lainnya, ini<br />

bukanlah penjarahan oleh budak-budak yang kabur, namun pelaksanaan suatu rencana<br />

yang suci. Orang-orang Mesir memberikan emas dan perak tersebut sebagai reparasi<br />

dalam rangka keadilan yang diberikan oleh Tuhan. 5 Interpretasi ini dibangun pada dasar<br />

rujukan lebih awal tentang orang-orang Israel itu menjadi “bangsa yang besar”, yang<br />

meramalkan klaim atas harta milik orang-orang Mesir.<br />

Bagaimana memahami kisah tersebut? Apakah perampasan dari orang-orang<br />

Mesir ini merupakan tindakan yang memandang ke belakang: barang-barang emas dan<br />

perak tersebut diambil untuk mengganti perbudakan dan penganiayaan di masa lalu?<br />

Atau apakah kisah tentang anak-anak Israel yang mengenakan pakaian orang Mesir<br />

bermakna memandang ke depan: barang-barang tersebut diambil untuk menjadi modal<br />

pembangunan suatu bangsa? Bahasa yang digunakan dalam teks-teks Kitab Suci ini<br />

mendukung kedua pandangan tersebut. Jika <strong>tinjauan</strong> biblikal tentang Keluaran<br />

diinterpretasikan dalam konteks sejarah dan politis, konteks interpretatif tersebut adalah<br />

hermeneutika yang khas pada transisi, termasuk perbudakan selama bertahun-tahun<br />

sebelum malam Keluaran dan kelanjutannya dalam sejarah dari perbudakan menjadi<br />

negara yang besar. Konteks transisional ini memiliki aspek-aspek yang memandang ke<br />

belakang maupun ke depan yang mewarnai interpretasi praktik reparatoris. Seperti akan<br />

kita lihat, kisah ini masih memiliki gema, karena ia menggambarkan kualitas keadilan<br />

reparatoris yang memiliki banyak paradigma.<br />

Reparasi Pasca-Perang dan Kesalahan Perang Keseluruhan<br />

Pada akhir Perang Dunia Pertama, tuntutan agar Jerman memberikan reparasi<br />

menimbulkan pertanyaan tentang arti keadilan reparatoris. Di Versailles, tanggung jawab<br />

terhadap terjadinya perang dibebankan secara sepenuhnya kepada Jerman: kesepakatan<br />

damai membebankan tanggung jawab “seluruh kesalahan perang” kepada Jerman dan<br />

memaksanya untuk membayar reparasi dalam jumlah yang besar. 6 Dalam kesepakatan<br />

5 Lihat Nehama Leibowitz, Studies in Shemot: The Book of Exodus, terjemahan Aryeh Newman,<br />

Yerusalem: World Zionist Organization, Department for Torah Education and Culture in the Diaspora,<br />

1976, 185.<br />

6 Kewajiban Jerman untuk mengganti rugi pelanggaran-pelanggarannya ditetapkan dalam “Konvensi Den<br />

Haag IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat. Pasal 3 Konvensi tersebut menyatakan: “Pihak<br />

dalam perang yang melanggar pasal-pasal dalam peraturan ini akan, bila diperlukan, harus bertanggungjawab<br />

untuk membayarkan kompensasi. Ia harus bertanggung-jawab untuk semua tindakan yang dilakukan<br />

orang-orang yang merupakan bagian angkatan perangnya”. “Konvensi Den Haag tentang Hukum dan<br />

Kebiasaan Perang di Darat”, pasal 3 (mulai berlaku 26 Januari 1910), U.S.T.S. 539 (memberikan kewajiban<br />

untuk membayar ganti rugi). Lihat Pasal 41 Konvensi Den Haag IV (memberikan hak untuk menuntut ganti<br />

rugi terhadap kerugian yang disebabkan pelanggaran); keempat Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949<br />

(mewajibkan tanggung jawab untuk pelanggaran berat. Pasal 68 Konvensi Jenewa berkaitan dengan<br />

Perlakuan terhadap Tawanan Perang, memberikan hak untuk mengklaim bagi para tawanan perang.<br />

3

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!