19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dasar Argumen Peradilan Pidana dalam Masa Transisi<br />

Mengapa harus menghukum? Argumen utama untuk memberikan hukuman pada masa gejolak<br />

politik bersifat konsekuensional dan melihat ke depan. Dikatakan bahwa dalam masyarakat<br />

dengan masa lalu yang buruk yang baru saja keluar dari pemerintahan yang represif,<br />

pengadilan suksesor memberikan dasar yang kuat untuk membangun tatanan liberal yang baru.<br />

Pada masa-masa itu, sebagai variasi justifikasi hukum “utilitarian” yang konvensional, dasar<br />

bagi memberikan hukuman adalah kontribusinya bagi kebaikan bersama. 1 Namun tidak seperti<br />

argumen konvensional untuk menghukum pada masa normal yang cenderung berfokus pada<br />

pelaku atau dampak hukuman bagi masyarakat, misalnya sebagai penggentar, argumen untuk<br />

menghukum pada masa transisi memiliki bentuk lain. Alih-alih memberikan argumen untuk<br />

menghukum secaraafirmatif, argumennya diberiakan secara negatif – apa yang akan terjadi<br />

bila tidak ada penghukuman? Di sinilah konteks politik khas dari masa transisi memainkan<br />

peranan.<br />

Sementara argumen menentang impunitas, yaitu argumen tentang akibat dari<br />

kegagalan memberikan hukuman, juga digunakan pada masa biasa, 2 argumen ini menjadi<br />

lebih kuat pada masa transisi. Karena, dengan kondisi ketiadaan hukum pada masa<br />

sebelumnya, jauh lebih banyak harapan terhadap tindakan-tindakan menuntut<br />

pertanggungjawaban berdasarkan kedaulatan hukum. Ketidakadilan di masa lalu ini, perlu<br />

diingat, sebagian besar dipicu dan didukung oleh negara. Dengan latar belakang ini, argumen<br />

menentang impunitas mendapat arti yang baru. Dalam konteks ini, pelaksanaan peradilan<br />

pidana dianggap merupakan cara terbaik untuk memperbaiki “keadilan” negara di masa lalu<br />

dan memajukan transformasi normatif ke sistem yang taat kedaulatan hukum. Rezim yang<br />

represif sering kali dicirikan oleh tindakan pidana, seperti penyiksaan, penahan secara<br />

sewenang-wenang, penghilangan, eksekusi di luar hukum, yang semuanya didukung oleh<br />

negara. Bahkan, bila kejahatan di masa lalu dilakukan oleh pelaku privat, negara sering kali<br />

masih terimplikasi, baik melalui kebijakan penindasan, kegagalannya melindungi warga<br />

negara, atau dalam menutupi tindakan pidana dan impunitas. Konteks transisi, terutama<br />

tentang keterlibatan negara dalam tindakan pidana, memberikan argumen kuat untuk<br />

menghukum dibandingkan impunitas. Namun, paradoks terjadi ketika konteks transisional<br />

tersebut menimbulkan dilema signifikan terhadap penggunaan hukum pidana sebagi respon<br />

yang efektif terhadap penyalahgunaan kekuasaan negara.<br />

Pemberian hukuman memiliki peran historis untuk melaksanakan norma-norma<br />

kedaulatan hukum dalam konteks kesalahan negara di tingkat internasional. Argumen<br />

mendasar untuk pengadilan suksesor memiliki sejarah yang panjang hingga abad pertengahan,<br />

yang mengambil dari norma-norma hukum internasional konsep tentang keadilan terhadap<br />

kekerasan politik yang tidak sah. Pengadilan sudah lama digunakan untuk menerapkan normanorma<br />

hukum internasional tentang ketidakadilan dalam perang. Pembebanan tanggung jawab<br />

pidana terhadap pemimpin politik pendahulu karena mengadakan perang yang melanggar<br />

hukum, atau mirip dengan itu, pemerintahan negara yang buruk, adalah benang merah<br />

pengadilan suksesor terhadap tiran-tiran polis yang dijelaskan oleh Arisoteles dan pengadilan<br />

1 Lihat Cesare Beccaria, On Crimes and Punishments and Other Writings, Cambridge: Cambridge University<br />

Press, [1769], 1995; Jeremi Bentham, An Introduction to the Principles of Morals and Legislation Vol. 2, Darien,<br />

Conn: Hafner Publishing [1823], 1970 (berteori bahwa hukuman diperlukan untuk kebaikan bersama).<br />

2 Lihat Hyman Gross, A Theory of Criminal Justice, New York: Oxford University Press, 1979, 400-01.<br />

2

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!