19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

terbatas, ia menunjukkan suatu masa luar biasa dalam sejarah negara, yang menunjukkan<br />

transisi.<br />

Penggunaan hukum secara radikal ini bisa menciptakan perubahan politik yang cepat<br />

dan berdampak luas. Dalam fungsi transformatifnya yang paling terpolitisasi, tindakan<br />

administratif bersifat kritis: repolitisasi terhadap lingkup publik merupakan respon kritis<br />

terhadap pemerintahan buruk di masa lalu. Respon terhadap diskriminasi politik dan<br />

liberalisasi dengan membongkar struktur negara lama, dan membalikkan hubungan kekuasaan<br />

yang lama. Bagaimana penggunaan praktik transisional melaksanakan transformasi? Praktikpraktik<br />

yang ditinjau di sini menunjukkan bahwa transformasi terjadi melalui pembalikan,<br />

rekombinasi bentuk-bentuk tradisional, melalui tindakan yang dibentuk sesuai kriteria<br />

kolektif, garis-garis ketidaksepakatan politik yang akan memungkinkan konsensus politik.<br />

Fungsi hukum yang paling transformatif ini, dalam praktik didelegasikan kepada badan negara<br />

lainnya, informal, memihak dan dipolitisasi. Hukum publik, cara yang paling sering digunakan<br />

negara modern untuk mencapai sasarannya, memiliki potensi lebih tinggi dalam masa<br />

perubahan radikal. Masa transisional menunjukkan hukum publik yang amat terpolitisasi, di<br />

mana penggunaan hukum bersifat simbolis, dan bergantung pada kekuatan retoriknya.<br />

Tindakan administratif transisional menjustifikasi sekaligus melaksanakan<br />

transformasi politik, dengan kekuatan yang besar karena mempengaruhi birokrasi. Pada masa<br />

gejolak politik, rezim pengaturan ini memungkinkan rekonstruksi publik terhadap ideologi<br />

politik yang baru. Melalui tindakan ini, rezim lama “diadili” secara politis; dan diciptakan<br />

standar baru untuk justifikasi publik dan rasionalisasi transisi normatif, rezim lama kehilangan<br />

legitimasi, ideologi lama dibantah dan yang baru mendapatkan legitimasi. Delegitimasi rezim<br />

lama dilakukan melalui rekonstruksi untuk membedakan siapa yang boleh berpolitik dan siapa<br />

yang tidak, melalui hukum publik. Melalui tindakan-tindakan ini, tatanan politik yang lama<br />

dibersihkan, dan tatanan politik yang baru diberi dasar loyalitas politik dan afiliasi.<br />

Pelarangan, pembersihan, sumpah kesetiaan, purifikasi, lustrasi, pengadilan dan publikasi,<br />

kesemuanya ini merupakan bentuk pernyataan publik yang memberikan dasar dan<br />

melaksanakan pergeseran normatif. 104 Bentuk-bentuk ritual ini merupakan cara bagaimana<br />

hukum melakukan perubahan dalam hubungan kekuasaan untuk merekonstruksi komunitas<br />

politik dan menguji serta menyaring individu untuk menunjukkan kebenaran politik yang baru.<br />

Tindakan publik demikian menyusun rezim yang baru, membentuk dan melegitimasikan rezim<br />

penerus.<br />

Justifikasi politik (yaitu “tujuan-tujuan” hukum) untuk tindakan regulatoris transisional<br />

merupakan bagian dari politisasinya. Dengan menciptakan persyaratan politis, tindakantindakan<br />

demikian mentransformasikan identitas negara. Rekonstruksi hukum publik dalam<br />

kategori-kategori yang secara eksplisit merespon rezim politik lama menunjukkan<br />

transformasi transisional yang kritis. Pembongkaran tindakan penindasan kolektif – yang<br />

dilakukan berdasarkan ras, etnik atau religi – dilakukan dengan tindakan-tindakan yang<br />

berdasarkan kriteria politik. Aturan-aturan lama dijadikan latar belakang, menunjukkan arti<br />

dan kekuatan normatif tindakan transisional. Transformasi politik ke arah liberal dalam rezim<br />

baru hanya dapat terlihat bila dilatarbelakangi identitas politik yang lama. Dalam konstruksi<br />

identitas nasional, garis-garis etnik, nasional atau agama mungkin bertentangan dengan<br />

pandangan liberal, namun negara-negara liberal bisa melakukan diskriminasi berdasarkan<br />

politik: terdapat kebebasan untuk menciptakan perundang-undangan yang membatasi opini<br />

104 Lihat OED, entri “ban”.<br />

41

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!