19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

fungsi pemisahan dan fungsi integrasi – yang semuanya berada di dalam proses yang<br />

kontinu. 19<br />

Pada saat yang bersamaan, kedaulatan hukum transisional merupakan prosedurprosedur<br />

yang tidak tampak adil atau menarik minat – kekurangan pengadilan dalam<br />

penghukuman biasa, reparasi yang didasarkan pada kendali politik dan ambang batas<br />

(dan sering kali hak milik) temporal yang arbitrer secara legal, dan konstitusi yang tidak<br />

perlu permanen. Apa yang mencirikan secara khusus respon hukum transisional adalah<br />

soal keterbatasnnya, sifatnya yang parsial, yang dihidupkan dalam konstitusi sementara<br />

dan penghindaran hal-hal yang tak diinginkan, yang tergambar pada sanksi dan upaya<br />

reparasinya yang terbatas, dan yang tercermin dalam naratif historis dan ofisial (resmi)<br />

yang terpatah-patah dan terbatas. Hukum transisional adalah di atas segala hal yang<br />

simbolis – suatu santifikasi (pemurnian) sekular dari ritual dan simbol proses politik. 20<br />

Kendatipun bentuk-bentuk ritual tindakan operatif dan komunikasi sering dipikirkan<br />

untuk menggambarkan kekhasan karakteristik masyarakat primitif dan untuk<br />

membuatnya memudar dalam era modern, 21 penyelidikan yang diambil di sini<br />

menganjurkan sebaliknya, yaitu menawarkan pemahaman yang <strong>komprehensif</strong> soal<br />

fenomenologi proses politik dan mengundang perbandingan dan evaluasi terhadap<br />

hakikat dan peran ritus dan simbol yang dikandungnya. 22 Pola hukum pembuktian yang<br />

dipahami dalam bab-bab sebelumnya merangsang dan membentuk saluran politik,<br />

kendatipun merupakan muara pertemuan dari tradisi historis, hukum, dan politik, di<br />

mana pola-pola tersebut bergantung. 23 Namun, apa yang membuat praktik-praktik<br />

transisional ini terpisah dari ritus dan ritual lainnya? Di atas apakah esensi<br />

paradigmatiknya berdasar?<br />

Proses-proses hukum transisional merupakan pengarah seperti tindakan-tindakan<br />

dalam masa transisi karena kemampuannya mengkomunikasikan perbedaan-perbedaan<br />

material secara publik dan otoritatif yang menetapkan pergantian normatif antara rezim<br />

(yang lama dan yang baru). Bahasa hukum menyisipkan suatu tatanan baru dengan<br />

19<br />

Tentang ritual perayaan, lihat Arnold van Gennep, The Rites of Passage, Chicago: University Press,<br />

1960, yang aslinya dipublikasikan sebagai Les rites de passage, Paris: E. Nourry, 1909 (untuk konsep<br />

tentang proses ini dalam pengembangan individual); Victor W. Turner, The Ritual Process: Structure and<br />

Anti-Strucuter, London: Routledge, 1969 (yang mendiskusikan konsep “liminalitas” dan relevansinya<br />

dengan transformasi individual); Nichola Dirks, “Ritual and Resistence: Subversion as a Social Fact”,<br />

dalam Nicholas Dirks, Geoff Eleyn, dan Sherry B. Ortner (ed.), Culture/Power/History: A Reader in<br />

Contemporary Theory, Princeton: Princeton University Press, 1944, 488. Tentang ritual secara umum,<br />

lihat Catherine M. Bell, Ritual Theory, Ritual Practice, New York: Oxford University Press, 1992.<br />

20<br />

Untuk pembahasan terkait lihat Murray J. Edelman, The Symbolic Uses of Politics, Urbana: University<br />

of Illinois Press, 1964; John Skorupski, Symbol and Theory: A Philosophical Study of Theories of Religion<br />

in Social Anthropology, Cambridge dan New York: Cambridge University Press, 1976; Dan Sperber,<br />

Rethinking Symbolism, Cambridge: Cambridge University Press, 1974.<br />

21<br />

Lihat Jürgen Habermas, The Structural Transformation of the Public Sphere, terj. Thomas Burger,<br />

Cambridge: MIT Press, 1974.<br />

22<br />

Lihat David I. Kertzer, Ritual, Politics, and Power, New Haven: Yale University Press, 1988. Lihat juga<br />

Sean Wilentz (ed.), Rites of Power: Symbolism, Ritual, and Politics Since the Middle Ages, Philadelphia:<br />

University of Pennsylvania Press, 1985.<br />

23<br />

Tentang proses simbolik “evocation” [~ pemanggilan roh], lihat Sperber, Rethinking Symbolism, 143-<br />

148.<br />

11

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!