19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

statusnya sebagai warga sipil yang dilindungi tidak jelas, akan dilindungi oleh cakupan<br />

“kejahatan terhadap kemanusiaan”.<br />

Pada akhirnya menurut mahkamah agung Prancis, pertanyaan relevannya adalah bukan<br />

status para korban, namun tujuan tindakan yang dilakukan para tertuduh. Yang menunjukkan<br />

kejahatan terhadap kemanusiaan adalah tujuannya untuk menindas. 148 Penindasan<br />

didefinisikan oleh pengadilan sebagai tindakan yang dilakukan secara sistematis atas nama<br />

“negara yang mempraktikkan kebijakan supremasi ideologis”. 149 Dalam contoh kontemporer<br />

lainnya, doktrin perlindungan dari tribunal kejahatan perang internasional ad hoc tidak hanya<br />

mencakup masa pasca-perang, namun melampaui batasan antara penduduk sipil dan<br />

kombatan, perang dan damai. Jurisprudensi transisional tentang kejahatan terhadap<br />

kemanusiaan berevolusi dari sekadar status atributif – ke motif penindasan. 150<br />

Pemahaman kontemporer tentang tindakan-tindakan tidak manusiawi pada akhirnya<br />

berfokus pada kebijakan negara, dan dengan demikian menjelaskan mengapa, meskipun<br />

terdapat selang waktu yang panjang, kejahatan terhadap kemanusiaan tetap dianggap perlu<br />

mendapatkan hukuman. Meskipun keterlibatan negara tidak dijadikan sebagai syarat,<br />

penindasan merupakan kejahatan yang sedemikian berat, sehingga bahkan jika negara tidak<br />

terlibat secara terbuka, pelanggaran tersebut dilakukan dengan latar belakang kebijakan<br />

pemerintahan. Dalam elaborasinya yang paling mutakhir, dalam kodifikasi untuk pengadilan<br />

pidana internasional permanen, kejahatan terhadap kemanusiaan didefinisikan dengan<br />

“serangan yang luas atau sistematis terhadap kelompok penduduk sipil apa pun”. 151 Kebijakan<br />

penindasan memiliki arti liabilitas atau pertanggungjawaban kolektif, dengan konsekuensi<br />

yang berlanjut terhadap identitas politik negara sepanjang waktu. Penindasan melampaui<br />

korban-korban secara individual dan pelaku, dengan implikasi bagi masyarakat secara<br />

keseluruhan.<br />

Bila negara terlibat dalam penindasan, hal-hal mendasar tentang peradilan pidana<br />

menjadi terancam; persekongkolan, usaha menutup-nutupi kebenaran, dan halangan lainnya<br />

mempengaruhi kemungkinan untuk mencapai keadilan. Kejahatan terhadap kemanusiaan<br />

menunjukkan dampak peran negara dalam kesalahan di masa lalu sebagai elemen penting<br />

kondisi peradilan yang terkompromi pada masa transisi. Bahkan, faktor ini bisa banyak<br />

menjelaskan mengapa timbul ketegangan apabila rezim penerus tidak merespon ketidakadilan,<br />

148<br />

Barbie, 78 ILR 139-40. Lihat juga Jugement de Maurice Papon (21 April 1998) (didakwa melakukan<br />

kejahatan terhadap kemanusiaan).<br />

149<br />

Barbie, 78 ILR 128.<br />

150<br />

Lihat Statute of the International Tribunal for the Former Yugoslavia, 1173. Lihat juga Tadic, dicetak ulang<br />

dalamn International Legal Materials 35 (1996): 32, 48-73.<br />

151<br />

Pasal 7 dari Rome Statute of the International Criminal Court meluaskan definisi “kejahatan terhadap<br />

kemanusiaan” seperti berikut ini:<br />

[T]indakan berikut ini bila dilakukan sebagai bagian dari serangan yang luas atau sistematis, dilakukan<br />

terhadap kelompok masyarakat sipil manapun, dalam bentuk: (a) pembunuhan; (b) pemusnahan; (c)<br />

perbudakan; (d) pengusiran atau pemindahan paksa terhadap penduduk; (e) pemenjaraan ...; (f)<br />

penyiksaan; (g) pemerkosaan, perbudakan seksual ...; (h) penindasan terhadap kelompok atau kolektif<br />

yang diidentifikasi atas dasar ... politik, rasial, nasional, etnik, budaya, agama, jender ...; (i)<br />

penghilangan paksa manusia; (j) kejahatan apartheid; dan (k) tindakan tidak manusiawi lainnya yang<br />

memiliki karakter serupa ...<br />

Rome Statute of the International Criminal Court, U.N. Diplomatic Conference of Plenipotentiaries on the<br />

Establishment of an International Criminal Court, Pasal 7, U.N. doc. A/ Conf.183/9 (17 Juli 1998)<br />

48

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!