19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pada masa gejolak politik, hukum internasional berperan sebagai konsep mediasi yang<br />

berguna. Penempatan dilema kedaulatan hukum dapat dengan mudah digeser dari<br />

pertentangan antara positivisme dengan hukum kodrat. Dengan berdasar pada hukum positif,<br />

namun juga menerapkan nilai-nilai keadilan yang dikaitkan dengan hukum kodrat, hukum<br />

internasional dapat memediasi dilema kedaulatan hukum. Norma-norma hukum internasional<br />

positif ditentukan melalui konvensi, traktat dan kebiasaan. 41 Terlebih lagi, dengan mencakup<br />

kejahatan yang paling mengerikan ke dalam lingkupnya, hukum internasional menawarkan<br />

suatu sumber transendensi normatif. Sebagai gambaran adalah konsep kejahatan terhadap<br />

kemanusiaan, yang dibicarakan lebih lanjut pada bab tentang peradilan kriminal, yang<br />

menunjukkan dua nilai yang bertentangan dan sekaligus berkaitan, dalam respon normatif<br />

universal terhadap penganiayaan dalam berbagai konteks kebudayaan. 42 Sementara hukum<br />

internasional mempertahankan pemahaman umum tentang kedaulatan hukum sebagai<br />

kemapanan, ia juga memungkinkan transformasi. Dengan demikian, ia memediasi transisi.<br />

Prinsip-prinsip hukum internasional berfungsi untuk mendamaikan dilema batasan minimal<br />

hukum pada masa transformasi politik.<br />

Kedaulatan Hukum sebagai Pembatasan terhadap Politik<br />

Ciri utama kedaulatan hukum dalam masa perubahan politik adalah bahwa ia mempertahankan<br />

adanya kontinuitas dalam format legal, sementara pada saat yang sama memungkinkan<br />

perubahan normatif. Sifat hukum dan ajudikasi yang terpolitisasi pada masa sebelumnya<br />

menjustifikasi adanya sedikit diskontinuitas dalam transisi. Pemahaman tentang kedaulatan<br />

hukum yang anti-politik ini adalah tema umum dalam kontroversi transisional kontemporer<br />

yang dibicarakan di muka. Pengadilan para penjaga perbatasan dikatakan sebagai “kasus<br />

ekstrem”, yang menjustifikasi diabaikannya pertimbangan kedaulatan hukum yang biasa. 43<br />

Pengadilan Jerman mengangkat apa yang benar secara moral di atas kebenaran secara politis.<br />

Kasus-kasus lain di wilayah tersebut menunjukkan interpretasi yudisial terhadap kedaulatan<br />

hukum secara serupa. Invalidasi Hungaria terhadap hukum pengadilan 1956 membatasi<br />

kebijakan anti-komunis yang terpolitisasi.<br />

melanggar hak asasi manusia yang dilindungi oleh traktat internasional). Lihat umumnya Stephan Hobe dan<br />

Christian Tietje, “Government Criminality: The Judgement of the German Federal Constitutional Court of 24<br />

October 1996”, German Yearbook of Internatioanal Law 39 (1996): 523. Lihat juga Krisztina Morvai,<br />

“Retroactive Justice Based on International Law: A Recent Decision by the Hungarian Constitutional Court”,<br />

East European Constitutional Review (musim gugur 1993/musim dingin 1994): 33; “Law on Genocide and<br />

Crimes against Humanity Committed in Albania during Communist Rule for Political, Ideological and Religious<br />

Motives”, diterjemahkan dalam Human Rights Watch, Human Rights in Post-Communist Albania (New York:<br />

Human Rights Watch, 1996), lampiran A (menjadi dasar untuk mengadili bekas Komunis).<br />

41 Lihat Statute of the International Court of Justice, U. S. Statutes at Large 59 (1945): 1031, Pasal 38 (1). Untuk<br />

pembahasan tentang pemahaman positivis, lihat Oscar Schachter, International Law in Theory and Practice<br />

(Dordrecht, Belanda; dan Boston: M. Nijhoff, 1991; didistribusikan di Amerika Serikat dan Kanada oleh Kluwer<br />

Academic Publishers), 35-36. Peran kebiasaan dalam pembentukan hukum internasional dijelaskan dalam<br />

Michael Akehurst, “Custom as a Source of International Law”, British Yearbook International 47 (1974-1975): 1.<br />

Untuk diskusi terkait tentang elemen-elemen hukum positif dan hukum kodrat dalam hukum internasional, lihat<br />

Shklar, Legalism: Law, Morals, and Political Trials, 126-28.<br />

42 Lihat J. M. Balkin, “Nested Opposition”, Yale Law Journal 99 (1990): 1669 (<strong>tinjauan</strong> buku).<br />

43 Lihat Judgment of Jan. 20, 1992 (dikutip di catatan kaki 31 di atas), 693.<br />

14

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!