19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

cogens” dengan status tertinggi dalam hukum internasional, dengan latar belakang<br />

kebijakan negara atau yang serupa. 103<br />

Hampir dua dekade setelah persidangan kasus penting Filartiga itu, dan juga<br />

selama masa persidangannya, terdapat banyak keputusan yang menyatakan bahwa<br />

pelanggaran hak asasi manusia harus bertanggung-jawab. Bahkan, remedi tersebut<br />

diratifikasi menjadi hukum federal: Torture Victims Protection Act mengizinkan<br />

penindakan perdata untuk mendapatkan ganti rugi keuangan terhadap pelanggaran seperti<br />

penyiksaan oleh negara dan eksekusi di luar hukum bila pelaku berada dalam<br />

jurisdiksi. 104<br />

Selama bertahun-tahun, telah lebih banyak keputusan daripada pembayaran. 105<br />

Pengakuan tanggung jawab perdata memiliki dampak yang lebih luas dari pemberian<br />

ganti rugi keuangan. Dalam kasus demikian, liabilitas perdata memiliki sanksi publik<br />

karena perhatian media terhadap proses perdata yang melibatkan pejabat tinggi negara<br />

asing. Dampak publisitas seperti ini sedemikian besar sehingga selama masa persidangan,<br />

para terdakwa sering kali melarikan diri. Liabilitas individual, meskipun bersifat perdata,<br />

berakibat pada stigma dan sanksi sosial serupa dengan sanksi pidana. Banyaknya usaha<br />

pencarian keadilan reparatoris lintas batas negara, seperti juga usaha serupa setelah<br />

jangka waktu yang panjang, menunjukkan peran kompleks dan dinamis remedi demikian.<br />

Meskipun remedi perdata biasanya diambil untuk memberikan hak-hak korban, seperti<br />

tindakan transisional lain yang dibicarakan di muka, tuntutan alien tort memiliki<br />

kegunaan lain yang biasanya dikaitkan dengan sanksi pidana, seperti pengakuan<br />

kesalahan pemerintah dan eksklusi pelaku dari komunitas. Bahkan, transitory tort<br />

menerangkan kaitan antara pengembalian hak-hak korban, pengakuan kesalahan<br />

individual dan penindasan oleh negara. Timbulnya transitory tort dalam kasus<br />

penindasan menunjukkan konsep keadilan reparatoris memiliki keserupaan dengan<br />

respon-respon hukum transisional lainnya.<br />

Dalam memediasi kepentingan berbeda antara publik dan privat, individu dan<br />

kolektif, nasional dan internasional, alien tort secara efektif merespon pelanggaran<br />

penindasan yang merupakan ciri utama represi modern. Seperti “kejahatan terhadap<br />

kemanusiaan”, transitory tort terhadap pelanggaran hak asasi manusia menjelasan<br />

konsepsi yang serupa: sumber tindakan hukum yang melampaui jurisdiksi waktu dan<br />

tempat, yang digambarkan sebagai “tort terhadap kemanusiaan”. Tort ini merupakan<br />

respon terhadap penindasan oleh negara pada masa kontemporer, dalam sumber tindakan<br />

hukum terhadap individu yang terkait dalam kebijakan penindasan yang lebih luas.<br />

Terlebih lagi, tort terhadap kemanusiaan menantang intuisi umum di mana penyebab<br />

tindakan perdata berkaitan dengan jurisdiksi tertentu, yang tidak tepat untuk menangkap<br />

pelanggaran berat yang dilakukan negara. Dengan ketiadaan parameter jurisdiksional<br />

yang biasa, yang “asing” dijadikan “domestik”, dan pelanggaran internasional<br />

didefinisikan ulang. Dan meskipun dicapai di luar sistem hukum nasional, dengan<br />

mengakui hak-hak para korban, tindakan-tindakan seperti itu dapat mengawali proses<br />

103 Lihat The Foreign Sovereign Immunities Act of 1976, U.S. Code, Vol. 28, bag. 1602-1611 (1994).<br />

Kadang-kadang jurisdiksi diambil terhadap pelanggaran lain, seperti penghilangan dan penahanan secara<br />

sewenang-wenang yang berkepanjangan. Lihat Forti, 672 F Supp 1541-42.<br />

104 Torture Victims Protection Act of 1991, U.S. Code, Vol. 28, bag. 1350 (1993).<br />

105 Lihat Siderman de Blake, 965 F2d 699; In Re Estate of Ferdinand Marcos, 25 F3d 1467. Lihat<br />

umumnya Ralph Steinhardt, “Fulfilling the Promise of Filartiga: Litigating Human Rights Claims against<br />

the Estate of Ferdinand Marcos”, Yale Law journal of International Law 20 (1995): 65.<br />

32

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!