19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Penyusunan konstitusi transisional, hingga batasan tertentu, mencerminkan ideide<br />

yang lazim tentang negara dan perubahan politik. Tidak seperti model konstitusional<br />

yang dominan, konstitusi transisional bersifat fleksibel dalam mengukuhkan normanorma,<br />

seperti terlihat dalam tahapan-tahapan konstitusional sementara yang berkaitan<br />

dengan isu-isu konstitusional yang kontroversial. Seiring perjalanan waktu, perubahan<br />

pada konstitusi akan mengubah lingkup politik lebih lanjut, yang mendorong perubahan<br />

konstitusional. Paradigma konstitusional konstruktivistik yang dibicarakan di sini berakar<br />

pada analisis komparatif terhadap praktik politik dalam masa transisi dan pemikiran<br />

induktif, dan memiliki kemirian dengan beberapa model teoretik proses pembangunan<br />

konsensus konstitusional secara bertahap. 32 Akhirnya, alih-alih mengekspresikan<br />

konsensus masyarakat yang sudah ada, prinsip-prinsip normatif dalam konstitusikonstitusi<br />

ini paling bisa dijelaskan dalam <strong>tinjauan</strong> transisional, karena tujuannya<br />

mencerminkan kemungkinan penggunaan konstitusi untuk transformasi.<br />

<strong>Keadilan</strong> Konstitusional sang Pemenang<br />

Arah penyusunan konstitusi setelah berakhirnya perang tampaknya mengikuti aturan<br />

ideal pemutusan dari masa lalu dan peletakan awal yang baru. Meskipun<br />

konstitusionalime pasca-perang menuntut adanya pemutusan dari masa lalu, tidak berarti<br />

bahwa model konstitusional ini selalu melalui proses-proses demokratis dan menjunjung<br />

kedaulatan rakyat. Dua ilustrasi yang dibicarakan di sini adalah Jerman Barat dan Jepang<br />

pasca-perang, yang mensahkan skema konstitusionalnya setelah kemenangan Sekutu dan<br />

penyerahan tanpa syarat. Konstitusi Jerman maupun Jepang sama-sama menggambarkan<br />

konstitusionalisme yang jelas-jelas transisional, yaitu “konstitusi sang pemenang”.<br />

Hingga titik tertentu, konstitusi ini dipaksakan. Tujuan transisional konstitusi pascaperang<br />

ini terlihat dalam beberapa fungsi kritisnya: seperti tercermin dalam mandat<br />

substantifnya, Undang-Undang Dasar Jerman dan Konstitusi 1946 Jepang dirancang<br />

untuk mentransformasi peninggalan represif di masa lalu.<br />

Mungkin kasus paling ekstrem dari keadilan konstitusional pemenang adalah<br />

konstitusi pasca-perang Jepang. Dengan disahkan di bawah dominasi Amerika, dan<br />

dirancang oleh suatu kelompok kecil di bawah arahan Jenderal Douglas MacArthur, dan<br />

dipaksakan kepada parlemen Jepang untuk ratifikasi, 33 konstitusi Jepang 1946 tidak bisa<br />

dianggap sebagai suatu ekspresi kedaulatan rakyat dalam konteks pendudukan ini.<br />

Signifikansi partisipasi masyarakat dalam penyusunan konstitusi tidak terlalu besar dalam<br />

negara-negara yang memiliki tradisi pemerintahan otoriter. Seperti konstitusi MacArthur,<br />

konstitusi Meiji sebelumnya juga dirancang oleh beberapa anggota elite. Meskipun<br />

awalnya tidak demokratis, otoritas konstitusi yang masih berlanjut ini menunjukkan<br />

bahwa terdapat beberapa mekanisme lain yang melegitimasi konstitusi pemenang seiring<br />

perjalanan waktu. Hingga titik tertentu, konstitusi pemenang di Jepang ini merupakan<br />

versi yang ekstrem dari proses konstitusional yang dalam abad ke-20 lazim terjadi dalam<br />

transisi. Dalam masa transisi politik, setelah perang atau pemerintahan represif, proses<br />

32 Lihat Rawls, Political Liberalism, 133-72.<br />

33 Untuk <strong>tinjauan</strong> mendalam tentang sejarah penyusunan konstitusi Jepang, lihat Kyoko Inoue, MacArthur’s<br />

Japanese Constitution: A Linguistic and Cultural Study of Its Making, Chicago: University of Chicago<br />

Press, 1991.<br />

13

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!