19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pada saat diciptakannya setelah perang, kebijakan denazifikasi dalam pemerintahan<br />

militer Sekutu di Jerman secara eksplisit dikaitkan dengan kebijakan peradilan pidana pascaperang<br />

yang disusun di Nuremberg, dengan dasar tanggung jawab organisasional. Pada tahap<br />

pertama, denazifikasi dibatasi pada diskualifikasi mereka yang memegang jabatan tinggi<br />

dalam partai Nazi dan organisasi “kriminal” lainnya (menurut Nuremberg). Namun, ketika<br />

kekuasaan dikembalikan kepada Jerman, tahap denazifikasi berikutnya yang lebih ambisius<br />

dimulai. Seperti namanya, Akta Pembebasan Jerman dari Nazisme dan Militerisme (5 Maret<br />

1946), ditujukan untuk membersihkan Jerman dari ideologi Nazi. Tirani Nazi akan<br />

disingkirkan dari “pengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat, ekonomi dan budaya”. Untuk<br />

mencapai tujuan tersebut, fragebogen (kuesioner) digunakan untuk menanyakan kepada semua<br />

warga negara dewasa untuk menjelaskan apa yang mereka lakukan di masa perang. Cakupan<br />

Akta Pembebasan yang luas ini menjangkau “pelanggar utama”, yaitu mereka yang secara<br />

langsung terlibat dengan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, hingga<br />

“pengikut”, yakni para pendukung Nazisme di tingkat bawah. 25 Dasar untuk memberikan<br />

sanksi menurut hukum adalah cukup dengan membuktikan keanggotaan. Dengan kerangka<br />

pemberian sanksinya yang luas berdasarkan berbagai tingkat tanggung jawab, Akta<br />

Pembebasan merupakan skema penghukuman, yang menunjukkan sisi punitif denazifikasi.<br />

Sanksi yang menimbulkan pengurangan hak-hak sipil ini – dari pemenjaraan hingga<br />

penghilangan kesempatan bekerja dalam sektor publik dan lainnya – tampak sebagai bentuk<br />

hukuman. Namun, meskipun denazifikasi memiliki dampak punitif, sanksi perdata di<br />

dalamnya tidak memiliki fokus individual; prosedurnya bukanlah pidana dan hanya didasarkan<br />

pada proses administratif. Di satu sisi, seperti dibicarakan dalam bab 2, peradilan pidana<br />

dalam transisi sering kali melibatkan proses yudisial yang tidak berpuncak pada pemberian<br />

hukuman sepenuhnya. Sementara di sisi lainnya, tindakan administratif transisional sering kali<br />

menimbulkan hal sebaliknya: sanksi punitif tanpa melalui proses yudisial yang lengkap.<br />

Hampir semua pengamat menyatakan bahwa kebijakan denazifikasi gagal. Hampir<br />

semua orang yang disorot dalam skema tersebut dikatakan sebagai “pengikut” – tingkat<br />

terendah dalam tanggung jawab politik. Mereka yang dihukum hanya mendapatkan sanksi<br />

denda; hanya sedikit yang dilarang menjabat, itu pun untuk jangka waktu yang pendek. Lama<br />

setelah denazifikasi, banyak anggota elite yang bekerja-sama dengan Nazi masih tetap<br />

memegang jabatan mereka; bahkan institusi peradilan pun masih tetap dikuasai oleh mantan<br />

anggota Nazi. 26 Bertahun-tahun kemudian, pertanyaan tentang bagaimana menyikapi para<br />

pejabat era Nazi menjadi sangat kontroversial, sehingga tidak pernah mencapai konsensus;<br />

dalam undang-undang dasar yang baru, pertanyaan ini dialihkan kepada cabang politik di<br />

waktu yang lain. Anehnya, justifikasi yang digunakan untuk melakukan denazifikasi kembali<br />

digunakan untuk merasionalkan kebijakan pengembalian kedudukan para mantan Nazi.<br />

Keanggotaan dalam partai Nazi sedemikian besarnya, sehingga melanjutkan kebijakan<br />

denazifikasi akan berarti menurunkan banyak hakim yang ada. Pengalaman sebelumnya dalam<br />

pemerintahan, meskipun dalam rezim Nazi, dijadikan alasan untuk integrasi ke dalam sistem<br />

layanan publik. Bahkan sebenarnya, tidak lama setelah kebijakan denazifikasi disahkan,<br />

disahkan pula Akta Pengembalian Kedudukan, yang mengembalikan jabatan para pejabat<br />

mantan Nazi, dan dengan demikian menghentikan denazifikasi.<br />

25 Lihat Act for Liberation from National Socialism and Militarism, Pasal 1 (Jerman, 1946).<br />

26 Lihat Ingo Müller, Hitler’s Justice: The Courts of the Third Reich, Cambridge: Harvard University Press, 1991.<br />

11

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!