19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

melindungi dan menjamin hak asasi manusia, dan juga hak para korban untuk menuntut<br />

keadilan. 112<br />

Di luar argumen hukum internasional tentang kewajiban untuk menghukum adalah<br />

argumen tradisional menurut sistem hukum negara-negara demokrasi mapan. Namun, seperti<br />

akan dibicarakan di bawah, argumen-argumen tersebut tidaklah memberikan kewajiban untuk<br />

menghukum dalam transisi, namun memang memberikan dasar yang baik untuk mengevaluasi<br />

amnesti transisional. Seperti tampak jelas, bahkan dalam kondisi normal, kedaulatan hukum<br />

tidaklah berarti penerapan peradilan pidana secara mutlak, dan alasan-alasan untuk<br />

memberikan pengampunan, seperti juga dalam masa transisi, sering kali bersifat politis.<br />

Argumen retributif untuk memberikan hukuman bukanlah demi kepentingan masyarakat di<br />

masa depan, melainkan dengan memperhatikan pertimbangan moral yang terkait dalam<br />

tindakan-tindakan yang terkait. Sebuah tulisan yang terkenal dari Immanuel Kant berhipotesis<br />

tentang masyarakat di pulau gersang yang hendak membubarkan diri, yang sedang<br />

mempertimbangkan apakah akan memberikan hukuman, dan apakah masyarakat itu memiliki<br />

kewajiban untuk menghukum “semua orang yang pernah membunuh” sehingga “semua orang<br />

akan ... mendapatkan upahnya sesuai dengan tindakannya dan dengan demikian ... hutang<br />

darah tidak akan mengotori masyarakat tersebut.” 113 Bahkan masyarakat yang akan bubar pun<br />

memiliki kewajiban untuk membebankan pertanggungjawaban individual, untuk<br />

menghilangkan tanggung jawab moral dari seluruh masyarakat luas. Klaim Kantian untuk<br />

memberikan hukuman dalam masyarakat yang akan bubar ini menguji justifikasi untuk<br />

memberikan hukuman dalam konteks di mana tidak terdapat tujuan kepentingan masa depan<br />

yang ditekankan bila terdapat kontinuitas sosial, yang tampak dalam kondisi transisional. Dari<br />

perspektif retributif, tidak menghukum berarti masyarakat menanggung tanggung jawab<br />

kolektif, dengan konsekuensi legitimasi institusi peradilannya. Peradilan pidana memainkan<br />

peranan tidak hanya dalam menggariskan tanggung jawab individual dan kolektif, namun juga<br />

melegitimasikan institusi peradilan; dengan demikian ia menarik garis antara dua rezim.<br />

Membebankan tanggung jawab individual akan mengangkat tanggung jawab kolektif dari<br />

rezim lama dan melegitimasi kembali otoritas negara.<br />

Sementara argumen retributif memiliki klaim yang kuat tentang kewajiban untuk<br />

menghukum, ia tidak menjelaskan dengan baik pandangan tentang peran hukuman dalam<br />

sistem hukum, baik dalam masa biasa maupun masa transisi. 114 Pemahaman tentang kaitan<br />

antara hukuman dengan kedaulatan hukum bervariasi secara luas dalam berbagai budaya<br />

hukum. Dalam sistem civil law, prinsip legalitas menuntut adanya penerapan hukuman secara<br />

nyaris mutlak. Namun, dalam sistem common law, anggapan tentang legalitas ini tidak sama:<br />

norma mendasarnya adalah kekuasaan penuntutan yang tidak diterapkan pada kekuatan<br />

112<br />

Lihat Report No. 28/92, Cases 10.147, 10.181, 10.240, 10.262, 10.309, 10.311, Argentina’s Annual Report of<br />

the Inter-American Commision of Human Rights 1992-1993, 41b, OAS doc. OES/Ser.4L/UV/II.83/doc. 14/Corr.<br />

1 (1993). Lihat juga Robert Goldman, “Amnesty Laws, International Laws, and the American Convention on<br />

Human Rights”, The Law Group Docket 6, no. 1 (1989): 1.<br />

113<br />

Immanuel Kant, The Metaphysics of Morals, terjemahan Mary Gregor, New York: Cambridge University<br />

Press, 1991, 183.<br />

114<br />

Lihat Teitel, “How are the New Democracies of the Southern Cone Dealing with the Legacy of Past Human<br />

Rights Abuses?” Namun ada pula pakar yang mendasarkan justifikasi untuk kebijakan pengampunan dengan<br />

pertimbangan retributif yang berdasar pada ketiadaan hukuman. Lihat Katherine Dean Moore, Pardons: Justice,<br />

Mercy, and the Public Interest, New York: Oxford University Press, 1989.<br />

37

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!