19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bab ini telah menunjukkan berbagai cara memahami Konstitusi Amerika Serikat<br />

dari perspektif transisional. Dengan menawarkan pandangan yang lebih kontekstual<br />

tentang sifat dan peran konstitusionalisme, diskusi di atas melengkapi model yang telah<br />

lazim diterima. Konstitusionalisme transisional memiliki implikasi bagi interpretasi<br />

konstitusional. Suatu perspektif transisional memberikan pandangan yang unik bagi<br />

perdebatan tentang relevansi “tujuan semula” terhadap signifikansi kontemporer berbagai<br />

pasal konstitusi yang relevan. 77 Perspektif transisional memiliki kemiripan dengan model<br />

interpretasi konstitusi “ketaatan” (fidelity) yang menganggap bahwa konstitusi harus<br />

diteliti berdasarkan konteks sejarah dan politiknya. Dari perspektif transisional, masalah<br />

dengan teori interpretatif kaum originalis ini adalah bahwa mereka biasanya memiliki<br />

anggapan tentang suatu tujuan transformatif lain yang bersifat lebih dinamis. Perspektif<br />

transisional ini menambahkan pemahaman konstitusi sebagai kodifikasi, yaitu suatu<br />

tujuan yang transformatif dan dinamis. Penyelidikan interpretatif yang relevan adalah<br />

tentang sejauh mana konstitusi dianggap transisional dan apakah ia bersifat transformatif.<br />

Dengan perjalanan waktu, ciri-ciri transisional dari konstitusi akan tampak secara<br />

dinamis, baik menghilang atau meluas dalam tujuan transformatifnya. Gabungan dari<br />

tujuan-tujuan semula yang mungkin ini memberikan pendekatan yang lebih kontekstual<br />

bagi relevansi tujuan semula. Jadi, perspektif transisional menawarkan prinsip yang khas<br />

untuk interpretasi konstitusional, dengan konsekuensinya bagi pendekatan-pendekatan<br />

yang sudah ada.<br />

Konstitusionalisme <strong>Transisional</strong>: Beberapa Kesimpulan<br />

Teori konstitusional yang lazim diterima tidak cukup untuk menjelaskan fenomena<br />

konstitusional yang terkait dengan perubahan politik substansial, terutama pada akhir<br />

abad ke-20. Ide-ide utama konstitusionalisme modern adalah respon gaya abad ke-18<br />

terhadap pemerintahan pra-modern dan batasannya terhadap tatanan politik. Namun,<br />

konstitusionalisme dalam abad ketiganya bersifat normatif sekaligus transformatif dalam<br />

merespon tatanan politik yang sudah ada. Konstitusionalisme demikian menunjukkan<br />

dialog antara berbagai modalitasnya: kritis, residual dan restoratif. Dengan demikian,<br />

paradigma ini membantu menjawab dilema batas minimal yang diciptakan oleh proses<br />

penyusunan konstitusi dalam masa revolusioner. Konstitusionalisme transisional<br />

menjembatani perubahan politik radikal dengan mendamaikan dikotomi pemahaman<br />

tentang kaitan hukum dan politik. Lebih lanjut lagi, transisi menunjukkan bagaimana<br />

77 Lihat umumnya Berger, Government by Judiciary (membela originalisme); Robert H. Bork, The<br />

Tempting of America: The Political Seduction of the Law, New York: Free Press, 1990; Robert H. Bork,<br />

“The Constitution, Original Intent and Economic Rights”, San Diego Law Review 23 (1986: 823. Lihat juga<br />

Paul Brest, “The Misconceived Quest for the Original Understanding”, Boston University Law Review 60<br />

(1980): 204 (mengkritik originalisme); Henry Monaghan, “Our Perfect Constitution”, New York University<br />

Law Review 56 (1981): 374-87 (mengkritik Brest); H. Jefferson Powel, “Riles for Originalist”, Virginia<br />

Law Review 73 (1987): 659 (menawarkan prinsip-prinsip tentang interpretasi originalis); Mark V. Tushnet,<br />

“Following the Rules Laid Down: A Critique of Interpretivism and Neutral Principles”, Harvard Law<br />

Review 96 (1983): 786-804 (membantah kemungkinan originalisme tanpa dasar komunitarian). Untuk<br />

perspektif tentang originalisme yang menunjukkan relevansinya sebagai dasar, lihat Jed Rubenfeld,<br />

“Reading the Constitution as Spoken”, Yale Law Journal 104 (1995): 1119, yang menjelaskan originalisme<br />

sebagai model interpretasi “commitmentarian”. Tentang “ketaatan” pada konstitusi, lihat umumnya Larry<br />

Lessig, “Fidelity in Translation”, Texas Law Review 71 (1993): 1165.<br />

25

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!