19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pada masa transisi, masalah legalitas jauh lebih signifikan. Masa-masa transformasi<br />

politik sering kali disertai dengan perubahan legal radikal. Gelombang perubahan politik yang<br />

paling mutakhir, yang berkorelasi dengan transformasi ekonomi (pada perubahan pascakomunis)<br />

menuntut adanya reformasi hukum secara besar-besaran. Masalah konvensional<br />

tentang ketiadaan pertanggungjawaban demokratik yang ditimbulkan oleh pembuatan hukum<br />

oleh badan yudisial menjadi tidak terlalu penting dalam masa gejolak politik. Pada masa<br />

demikian, badan legislatif transisional sering kali tidak dipilih melalui pemilihan yang bebas,<br />

dan juga tidak memiliki pengalaman dan legitimasi sebagaimana dimiliki badan serupa di<br />

masa-masa normal. 56<br />

Satu alasan lain mengapa badan pengadilan tidak dianggap sebagai badan pembuat<br />

hukum adalah ketiadaan kompetensi dan kapasitas institusionalnya. Masalah ini timbul,<br />

misalnya, dalam perdebatan pasca-perang tentang pembentukan kedaulatan hukum. Menurut<br />

pandangan positivis, beban transformasi hukum dianggap sepantasnya ditanggung oleh badan<br />

legislatif, sementara pandangan hukum kodrat memberikan beban tersebut kepada ajudikasi.<br />

Namun, perdebatan pasca-perang ini tidak cukup memasukkan konteks transisional di<br />

dalamnya. Karena masa-masa perubahan politik biasanya disertai dengan gejolak hukum,<br />

kontroversi dalam masa-masa tersebut sering kali dicirikan dengan ketiadaan hukum yang<br />

relevan. 57 Terlebih lagi kontroversi pada masa-masa tidak biasa tersebut sering kali perlu<br />

diselesaikan dengan waktu sesingkat-singkatnya.<br />

Sementara dalam masa biasa, pembuatan hukum dengan mempertimbangkan kasus<br />

demi kasus tampaknya terlalu lambat dan terlalu fleksibel, pada masa transisi, pengambilan<br />

keputusan hukum oleh badan pengadilan sering kali bisa lebih cepat daripada oleh badan<br />

legislatif, yang biasa diperlambat oleh kurangnya pengalaman dan karena terlalu<br />

kompromistis. Terlebih lagi, dalam konteks gejolak politik, badan pengadilan sering kali lebih<br />

kompeten dalam membahas penyelesaian kontekstual, kasus demi kasus, terhadap kontroversikontroversi<br />

transisional. 58 Memang, pengambilan keputusan yudisial memungkinkan<br />

perubahan substansial dan menjadi ciri ambivalensi hukum pada masa-masa demikian.<br />

Pertanyaan tentang institusi mana yang paling kompeten dan sah bersifat kontekstual dan<br />

tergantung pada sejarah ketidakadilan di negara yang bersangkutan.<br />

Terakhir, ajudikasi transformatif dapat memperbaiki badan pengadilan itu sendiri.<br />

Dengan mengubah prinsip dan praktik ajudikatif, institusi yang pada masa sebelumnya tunduk<br />

(compromised) secara politis atau ideologis dapat memperbaiki dirinya. Dalam kasus-kasus<br />

high profile, <strong>sebuah</strong> badan pengadilan yang semula tunduk itu dapat mengubah dirinya dengan<br />

mengubah prinsip ajudikasi yang ia gunakan. Mekanisme institusional perbaikan diri ini<br />

terutama penting bila badan pengadilan semula mendukung pemerintahan yang represif. 59<br />

Yale University Press, 1986); Jesse H. Choper, Judicial Review and the National Political Process (Chicago:<br />

University of Chicago Press, 1980); dan John Hart Ely, Democracy and Distrust: A Theory of Judicial Review<br />

(Cambridge: Harvard University Press, 1980).<br />

56<br />

Pada awal pergeseran politik, parlemen transisional biasanya merupakan peninggalan dari masa represif<br />

sebelumnya. Lihat Andrew Arato, “Dilemmas Arising from the Power to Create Constitutions in Eastern<br />

Europe”, Cardozo Law Review 14 (1993): 674-75.<br />

57<br />

Untuk pembicaraan ilustratif tentang transisi Rusia menuju berkurangnya kekuasaan Negara, lihat Stephen<br />

Holmes, “Can Weak-State Liberalism Survive?” (makalah dipresentasikan di Colloquium tentang Teori<br />

Konstitusional di New York University School of Law, musim semi 1997, arsip penulis).<br />

58<br />

Lihat Teitel, “Post-Communist Constitutionalism”, 182-85.<br />

59<br />

Lihat misalnya Müller, Hitler’s Justice, 201 (membicarakan badan pengadilan yang terkompromi di Jerman<br />

pasca-perang).<br />

18

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!