19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

lemah setelah waktu berlalu. 73 Jeremy Waldron, dalam menyusun teori tentang intuisi<br />

umum tentang ketidakadilan dalam perjalanan waktu, menyatakan bahwa ketidakadilan<br />

akan “terlewati”, hak-hak akan melemah, dengan munculnya kondisi baru yang<br />

menggantikan ketidakadilan di masa lalu. 74 Namun intuisi demikian tampaknya tidak<br />

tepat dalam masa transisi; karena banyak proyek reparatoris yang dibicarakan dalam bab<br />

ini dilaksanakan lama setelah terjadinya penindasan negara dan sering kali setelah jangka<br />

waktu yang cukup panjang. Konsekuensi waktu di sini tampaknya tidak sesuai dengan<br />

intuisi kita. Bahkan, seperti ditunjukkan oleh beberapa kasus, dilema transisional dapat<br />

dihindari dengan menunda pelaksanaan keadilan. Misalnya, setengah abad setelah<br />

terjadinya kekejaman masa Perang Dunia Kedua, para korban atau ahli warisnya tetap<br />

mendapatkan penggantian kerugian. Usaha reparatoris di bekas blok Soviet juga<br />

dilaksanakan setelah jangka waktu yang panjang. Setelah perang dan pendudukan yang<br />

berkepanjangan, penggantian kerugian transisional sering kali ditunda untuk waktu yang<br />

lama; namun praktik-praktik tersebut tidaklah melemah seiring perjalanan waktu.<br />

Pengalaman yang dibicarakan dalam bab ini (dan di seluruh buku ini)<br />

menunjukkan bahwa waktu berpengaruh secara paradoksal terhadap penggantian<br />

kerugian transisional; dan terlebih lagi, alasan utamanya adalah peran penindasan negara<br />

yang belum dianalisis. Bila pelaku utama pelanggaran adalah negara, berjalannya waktu<br />

memiliki konsekuensi yang tidak terbayangkan bagi keadilan transisional. Waktu<br />

mempengaruhi perjalanan politik dengan dampak terhadap prasyarat keadilan, namun<br />

intuisi umum tidak bisa menjelaskan dampaknya bagi hak-hak reparatoris para korban,<br />

selain kewajiban negara untuk, membayarkan kompensasi – konsekuensi yang sekali lagi<br />

menggarisbawahi ciri utama pembeda keadilan korektif secara abstrak dengan keadilan<br />

reparatoris dalam kondisi transisional. Ciri utamanya adalah peran negara dalam<br />

kejahatan di masa lalu dan dampaknya bagi kemungkinan perbaikan. Dalam kondisi ini,<br />

peran waktu justru paradoksal. Perjalanan waktu dapat memfasilitasi penentuan faktafakta<br />

pelanggaran di masa lalu, selain memberikan jarak politik yang lebih jauh dari<br />

rezim pendahulu, dan memberikan akses lebih besar terhadap arsip negara. Terlebih lagi,<br />

semakin banyak dokumentasi yang ada akan berakibat pada semakin mungkinnya<br />

diberikan kompensasi, meskipun perjalanan waktu bisa pula berakibat pada mortalitas<br />

mereka yang seharusnya mendapatkan kompensasi. Namun, dalam kondisi demikian,<br />

ganti rugi diberikan kepada ahli waris, keturunan dan bahkan wakil-wakil para korban.<br />

Seiring perjalanan waktu, dilema proyek reparatoris transisional yang ditunda<br />

menimbulkan masalah keadilan antar-generasi. Dalam keadilan korektif konvensional,<br />

korban mendapat penggantian dari para pelanggar, dan bahkan bila bukan dari pelanggar<br />

yang diidentifikasi, dari generasi politik para pelanggar; dalam proyek reparatoris<br />

transisional, ganti rugi bagi para korban diberikan dari anggaran pemerintah pusat.<br />

Berjalannya waktu menimbulkan perubahan identitas tidak saja para penerima ganti rugi,<br />

namun juga mereka yang memberikan ganti rugi. Timbul masalah karena mereka yang<br />

membayar untuk kesalahan di masa lalu seharusnya secara pribadi tidak terkait dengan<br />

73 Untuk analisis yang mendalam, lihat Jeremy Waldron, “Superseding Historic Injustice”, Ethics 103<br />

(1992): 4-28 dan George Sher, “Ancient Wrongs and Modern Rights”, Philosophy and Public Affairs 10,<br />

No. 1 (1980): 3, 6-7. Lihat juga Derek Parfit, Reasons and Persons, New York: Oxford University Press,<br />

1989.<br />

74 Lihat Waldron, “Superseding Historic Injustice”, 4-28.<br />

24

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!