19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

epresentasi atau keanggotaan, karena konstitusi-lah yang menentukan identitas suatu<br />

entitas politik. Bila konstitusi berubah, demikian pula entitas politik yang diaturnya:<br />

“Negara merupakan suatu bentuk asosiasi – asosiasi warga negara dalam bentuk<br />

konstitusi; sehingga bila konstitusi berubah dan menjadi berbeda, negara juga akan<br />

mengalami perubahan”. 5<br />

Tinjauan klasik terhadap politik konstitusional ini adalah konstitusionalisme<br />

organik. Dalam pandangan klasik, kesatuan antara revolusi dan konstitusi menengahi<br />

dilema yang disebabkan oleh kaitan antara konstitusionalisme dengan perubahan politik.<br />

Isu-isu keadilan tetap menjadi masalah, meskipun terdapat pergerakan ke arah tatanan<br />

yang lebih demokratis. Namun, pandangan ini mengarah ke pertanyaan-pertanyaan<br />

berikut: Apa kaitan antara penyusunan-ulang konstitusi dengan perubahan politik?<br />

Bagaimana kesadaran konstitusional baru yang mendefinisikan transisi dapat terjadi?<br />

Paradigma klasik ini melahirkan, namun tidak menjelaskan, teori tentang peran<br />

konstitusionalisme dalam proses perubahan politik.<br />

Klaim Modern<br />

Berbeda dari pandangan klasik, teori konstitusional modern menekankan batasan<br />

normatif terhadap kekuasaan negara terhadap hak-hak struktural dan individual. Namun,<br />

beberapa aspek dalam konseptualisasi klasik tetap dipertahankan dalam model modern<br />

ini, paling tidak dalam pandangan tentang sifat dan peran konstitusi dalam masa<br />

perubahan politik. Pandangan klasik menyetarakan konstitusi dengan tatanan politik,<br />

dengan implikasinya terhadap sifat dan peran utama konstitusi dalam masa perubahan<br />

politik. Peran paradoksal dari konstitusi-konstitusi modern adalah bahwa mereka<br />

dianggap memberikan pembatasan bagi pemerintahan meskipun dalam masa perubahan<br />

politik. Bagaimana cara mendamaikan pandangan modern tentang konstitusionalisme<br />

dengan perubahan konstitusional?<br />

Inilah dilema konstitusionalisme dalam konteks perubahan politik massif. Bagi<br />

Hannah Arendt, dilema ini diselesaikan dengan memikirkan ulang teori<br />

konstitusionalisme. Alih-alih mengkonseptualisasikan penyusunan konstitusi sebagai hal<br />

yang kontrarevolusioner dan merupakan kebalikan dari perubahan politik, “elemen yang<br />

paling revolusioner dari penyusunan konstitusi” adalah “peletakan dasar”. 6 Pandangan<br />

Arendt ini banyak merujuk pada penyusunan konstitusi Amerika. Dalam versi ini, dilema<br />

antara revolusi dan konstitusi tidak terlihat: kedua tindakan politik ini merupakan satu<br />

kesatuan. Konstitusi dianggap sebagai puncak revolusi: ia adalah “usaha dari seluruh<br />

bangsa untuk menciptakan badan politik yang baru”. 7<br />

Pandangan Arendtian ini menyelesaikan pertentangan antara revolusi dan<br />

konstitusionalisme melalui pemikiran tentang dasar (foundation). Para revolusioner di<br />

Amerika digambarkan sebagai para “peletak dasar” yang berusaha untuk menciptakan<br />

suatu dasar yang abadi. Dalam penyusunan konstitusi, tujuan mereka adalah “keinginan<br />

5 Ibid., 176.<br />

6 Hannah Arendt, On Revolution, New York: Viking Press, 1965, 142. Untuk <strong>tinjauan</strong> sejarah tentang<br />

perkembangan konstitusionalisme sejak Perang Saudara di Inggris hingga awal abad ke-20, lihat M.J.C<br />

Vile, Constitutionalism and the Separation of Powers, Oxford: Clarendon Press, 1967.<br />

7 Arendt, On Revolution, 143.<br />

3

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!