Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam
Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam
Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Historia de las Amnistias y los Indultos: Volver a Empezar”, dalam Los Cominos de la Guerra y la Paz,<br />
Vol. 1 La Reinsercìon, Bogotá: Fondo Editorial Para la Paz, 1990.<br />
101. Lihat Howard W. French, “In Salvador, Amnesty vs. Punishment”, New York Times, 16 Maret 1993,<br />
rubrik internasional; Howard W. French, “Offer of Amnesty Removes Obstacle to Accord in Haiti”, New<br />
York Times, 14 April 1993, rubrik internasional.<br />
102. Lihat “The Deal: Amnesty Law Expected to Clear Junta Very Soon”, New York Times, 21 September<br />
1994, hal. A17.<br />
103. Keputusan legislatif No. 486, 3/22/93, El Salvador (22 Maret 1993), menyetujui Undang-Undang<br />
Amnesti Umum untuk Konsolidasi Perdamaian. Lihat Todd Howland, “Salvador Peace Starts with<br />
Misstep”, Christian Science Monitor, 7 Februari 1992. John J. Moore Jr., “Problems with Forgiveness:<br />
Granting Amnesty under the Arias Plan in Nicaragua and El Salvador”, Stanford Law Review 43 (1991):<br />
733. “Ley de Reconciliacion Nacional” (Undang-undang Rekonsiliasi Nasional), Keputusan No. 145-96<br />
tertanggal 23 Desember 1996, dicetak ulang dalam Guatemala Constitutional Court Decision on Amnesty,<br />
Nos. 8-97 and 20-97, at. 19-20 (7 Oktober 1997), instrumen dasar untuk rekonsiliasi dengan orang-orang<br />
yang terlibat dalam konflik bersenjata, dengan menghapuskan semua tanggung jawab pidana bagi<br />
kejahatan-kejahatan politik yang dilakukan dalam konflik bersenjata; dan menghapuskan tanggung jawab<br />
untuk kejahatan lainnya, terkecuali genosida, penyiksaan, atau penghilangan paksa.<br />
104. Lihat Law No. 15.848 (Uruguay), “Ley de Caducidad de la Pretension Punitiva del Estado (Undang-<br />
Undang yang Menghapuskan Klaim Negara untuk Menghukum Kejahatan Tertentu), Pasal 1. Disepakati<br />
bahwa, sebagai konsekuensi dari peristiwa-peristiwa yang timbul dari persetujuan antara partai-partai<br />
politik dan angkatan bersenjata yang ditandatangani pada bulan Agustus 1984, dan untuk menyelesaikan<br />
transisi ke tatanan konstitusional sepenuhnya, negara mencabut haknya untuk memidana kejahatankejahatan<br />
yang dilakukan hingga tanggal 1 Maret 1985, oleh anggota militer atau polisi atas alasan politik<br />
atau memenuhi tugas dan menaati perintah dari atasan selama masa de facto; Americas Watch,<br />
Challenging Impunity: The Ley de Caducidad and the Referendum Campaign in Uruguay, New York:<br />
Human Rights Watch, 1990. Lihat juga Shirley Christian, “Uruguay Votes to Retain Amnesty for the<br />
Military, New York Times, 17 April 1989, rubrik internasional, hlm. A8; Martin Weinstein, Uruguay-<br />
Democracy at the Crossroads, Boulder: Westview Press, 1984.<br />
105. Lihat Due Obedience Law; Law No. 23.049 (Argentina, 1984). The Full Stop Law; Law No. 23.492,<br />
diberlakukan pada tanggal 24 Desember 1986, dan Due Obedience Law; Law No. 23.523, diberlakukan<br />
pada tanggal 8 Juni 1987.<br />
Setelah diberlakukannya undang-undang ini, melalui keputusan presiden, Pardon No. 1002 (7<br />
Oktober 1989) memerintahkan bahwa semua proses hukum yang dijalankan mengenai kasus pelanggaran<br />
hak asasi manusia dihentikan.<br />
106. Lihat umumnya Jonathan Truman Dorris, Pardon and Amnesty under Lincoln and Johnson: The<br />
Restoration of the Confederates to Their Rights and Privileges, 1861-1898, Westport, Conn: Greenwood<br />
Press [1953], 1977.<br />
107. Lihat Konstitusi Sementara Afrika Selatan (1993) Epilogue on National Unity and Reconsiliation.<br />
Lihat § 20(2)(c) Promotion of National Unity and Reconciliation Act 34 of 1995, seperti diperbaiki dalam<br />
Promotion of National Unity and Reconciliation Act 87 of 1995. Komisi harus memutuskan apakah suatu<br />
pelanggaran tertentu dapat dikaitkan dengan sasaran politik sesuai definisi dengan dasar apakah<br />
pelanggaran tersebut disarankan, direncanakan, diarahkan, diperintahkan, atau dilakukan di Afrika Selatan<br />
antara bulan Maret 1960 hingga Desember 1994, oleh atau atas nama organisasi politik yang dikenal<br />
secara publik, gerakan pembebasan, agen negara atau anggota pasukan keamanan, dan dengan melihat<br />
pada kriteria khusus yang dijabarkan dalam Reconciliation Act. Kriteria tersebut mencakup penyidikan<br />
terhadap motif, konteks, bobot dan tujuan dilakukannya pelanggaran, apakah pelanggaran tersebuit<br />
dilakukan atas perintah langsung atau persetujuan, dan apakah pelanggaran tersebut dilakukan untuk<br />
kepentingan pribadi atau “masalah pribadi, permusuhan atau rasa benci terhadap korban”, § 20(3)(f)(ii).<br />
17