19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

konvensional. Jadi, bahkan tidak memberikan hukuman bisa mencapai sasaran-sasaran<br />

transisional, seperti klarifikasi dan pengutukan kesalahan-kesalahan rezim lama.<br />

Amnesti transisional dibentuk oleh kedaulatan hukum dengan cara-cara lainnya. Selain<br />

batasan prosedural di atas, baik dalam pelaksanaan penghukuman maupun tidak melakukan<br />

penghukuman, terdapat komitmen terhadap perlindungan setara oleh hukum. Prinsip<br />

perlindungan setara secara konstitusional memberikan batasan pada amnesti-amnesti, bahkan<br />

yang diberikan dengan alasan politis. Perlindungan setara berarti perlakuan yang sama dalam<br />

kasus-kasus serupa, dan tidak menggunakan dasar yang tidak dapat dijustifikasi, seperti ras,<br />

agama, atau klasifikasi serupa, sehingga bukanlah hal yang kontroversial bahwa kategorikategori<br />

demikian tidak menjadi dasar untuk pemberian atau penolakan pengampunan. 126<br />

Perlindungan konstitusional setara memberikan batasan lebih lanjut terhadap politisasi<br />

peradilan pidana. Sementara politik merupakan dasar yang diperbolehkan untuk memberikan<br />

pengampunan, terdapat batasan terhadap pemberian amnesti atas dasar pandangan politik,<br />

sehingga mencegah pemberian amnesti atas dasar politik partisan. Sementara pemberian<br />

amnesti kepada semua pihak akan berarti memberikan amnesti kepada lebih banyak orang, ia<br />

memajukan kedaulatan hukum dan legitimasi dalam pemberian pengampunan.<br />

Dalam argumen mendasar untuk memberikan hukuman dalam transisi, amnesti sering<br />

kali dikatakan menunda proses pengembalian kedaulatan hukum. Namun, seperti dibicarakan<br />

di atas, bahkan pada sistem demokrasi yang stabil, kekuasaan peradilan pidana tidak<br />

diterapkan pada kekuatannya yang maksimal. Tentu saja, dalam negara demokrasi mapan,<br />

praktik pengampunan dilakukan dalam konteks ketaatan terhadap kedaulatan hukum secara<br />

lebih luas; sementara amnesti transisional dilakukan setelah masa-masa hukum diabaikan<br />

secara luas. Namun, amnesti transisional harus dievaluasi berdasarkan konteks kedaulatan<br />

hukum luar biasa dalam kondisi peradilan transisional, di mana institusi peradilan masih<br />

terkompromi. Amnesti transisional memiliki legitimasi terkuat bila dihasilkan dari proses<br />

demokratik, seperti referendum langsung. Pengambilan kebijakan amnesti tidak berarti<br />

melupakan kesalahan di masa lalu, seperti sering kali disyaratkan oleh penyidikan kasus demi<br />

kasus seperti dalam proses pidana. Baik penghukuman maupun amnesti memiliki peran<br />

sistemik dalam konstruksi transisi politik. Pada akhirnya, amnesti dan hukuman adalah dua<br />

sisi dari mata uang yang sama: ritus legal yang secara terbuka dan kuat menunjukkan<br />

perubahan kedaulatan yang ada dalam transisi politik. 127 Praktik amnesti dan penghukuman<br />

transisional memainkan peran penting dalam konstruksi periode politik tersebut. Baik<br />

penghukuman maupun amnesti membantu mendefinisikan pergeseran rezim, karena dengan<br />

menunjukkan pelanggaran di masa lalu mereka membantu mengkonstruksikan sejarah politik.<br />

Praktik-praktik transisional ini mendefinisikan batasan politik: diskontinuitas dalam transisi –<br />

“sebelum dan sesudah”, dan juga berperan dalam menunjukkan kontinuitas dalam transisi.<br />

Batasan Pengampunan di Negara Liberal: Kejahatan terhadap Kemanusiaan<br />

Suatu batasan terhadap kekuasaan politik untuk mencegah penghukuman dalam negara yang<br />

sedang menuju demokrasi adalah “kejahatan terhadap kemanusiaan”, karena pelanggaran ini<br />

126<br />

Lihat Bordenkircher v. Hayes, 434 US 357, 364 (1978).<br />

127<br />

Untuk pandangan terkait tentang alternasi ritual, lihat René Girard, Violence and the Sacred, Baltimore: Johns<br />

Hopkins University Press, 1977.<br />

41

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!