19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kalau kebanyakan pemerintahan monarkis beralih dari sistem eksekutif yang kuat<br />

ke sistem parlementer, maka Amerika Serikat tampak unik dan khas dalam peralihan ke<br />

sistem presidensil. Anomali Amerika ini paling baik dijelaskan dalam suatu analisis<br />

transisional. 67 Justifikasi untuk struktur kekuasaan eksekutif bersandar pada pengalaman<br />

historis dari pemerintahan monarkis sebelumnya. Alasan dalam argumen para Federalis<br />

untuk kekuasaan eksekutif yang dikedepankan itu didasarkan pada refleksi ke belakang,<br />

ke masa pemerintahan raja. Sementara kekuasaan raja tak terbatas, maka kekuasaan<br />

presiden dengan masa pemerintahan empat tahun bisa mencegah penyalahgunaan<br />

kekuasaan. Gambaran lain dari kekuasaan presidensil yang dikedepankan itu memiliki<br />

justifikasi yang analog: Karena hak veto raja itu bersifat mutlak, maka tidak demikian<br />

dengan presiden; presiden mempunyai hak veto yang terbatas dan dipakai seperlunya saja<br />

untuk hal yang memang sangat perlu. Pemaparan kekuasaan monarkis dalam sejarah<br />

digunakan untuk menjustifikasi atau memperkuat dukungan terhadap ide kekuasaan<br />

presidensil dalam hal membuat perjanjian dan kekuasaan menyatakan perang yang<br />

terbatas. 68<br />

Provisi-provisi Konstitusi yang berkenaan dengan pemerintahan republikan juga<br />

menganjurkan suatu fungsi transformatif. Pertama, penyusunan-ulang konstitusi terhadap<br />

tatanan politik terjadi melalui redefinisi terhadap partisipasi, keanggotaan, dan<br />

kepemimpinan politik. Gambaran anti-aristokratik tampak dalam sejumlah provisi<br />

konstitusi, paling jelas tampak dalam pernyataan soal larangan atas “kebangsawanan”.<br />

Persyaratan kualifikasi dan jangka waktu bagi partisipasi dan representasi politik<br />

memperlihatkan adanya respon yang kritis terhadap tatanan politik yang lama. 69 Alokasi<br />

kekuasaan militer dan sipil memperlihatkan respon terhadap penyalahgunaan kekuasaan<br />

transisional, lihat Akhil Reed Amar, “The Bill of Rights as a Constitution”, Yale Law Journal 100 (1991):<br />

1131.<br />

66 Lihat Daniel A. Farber dan Suzanna Sherry, A History of the American Constitution, New York: West<br />

Publishing, 1990, 80-81.<br />

67 Lihat Karl Lowenstein, “The Presidency Outside the United States: A Study in Comparative Political<br />

Institutions”, Journal of Politics 11 (1949); 462.<br />

68 Lihat Alexander Hamilton, The Federalist No. 69, ed. Clinton Rossiter, Middletown, Conn.: Wesleyan<br />

University Press, 1961, 415-20.<br />

69 Lihat Konstitusi Amerika Serikat, Pasal I, #9, cl 8 (Tak ada gelar kebangsawanan yang boleh diberikan<br />

oleh Amerika Serikat: Dan tak satu Orang pun yang memimpin Kantor apa pun atau Perusahaan atau Kartel<br />

apa pun di bawah mereka, yang boleh, tanpa Persetujuan dari Kongres, menerima berbagai anugerah,<br />

Pengahargaan, Jabatan atau Gelar, dari berbagai jenis apa pun, dari Raja/Ratu/Pangeran siapa pun, atau dari<br />

Negara asing”), Pasal I, #10, cl I (“Tak ada Negara yang boleh … memberikan berbagai Gelar<br />

Kebangsawanan”); Alexander Hamilton, The Federalist No. 84, ed. Clinton Rossiter, Middletown, Conn.:<br />

Wesleyan University Press, 1961, 511-14; Konstitusi Amerika Serikat, Pasal I, #2, Pasal II, #1, Pasal III,<br />

#1. Lihat juga James Madison, The Federalist Nos.52,53, ed. Clinton Rossiter, Middletown, Conn.:<br />

Wesleyan University Press, 1961, 327-32.<br />

23

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!