19.06.2013 Views

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

Keadilan Transisional: sebuah tinjauan komprehensif - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

agian, Mahkamah Agung menegaskan kembali peran cabang-cabang politik dengan<br />

mengizinkan Kongres untuk mengontrol akses ke <strong>tinjauan</strong> judisial pada isu-isu Rekonstruksi<br />

dengan menggunakan kekuasaannya untuk mencabut hukuman berdasarkan konstitusi. 16<br />

Meskipun pada umumnya Mahkamah Agung mengalah kepada Kongres, ia menegaskan<br />

perlunya akses pada pengadilan di masa damai dan due process. 17 Dalam kasus-kasus sumpah<br />

kesetiaan, Ex Parte Garland dan Cummings v. Missouri, yang diputuskan pada tahun 1866,<br />

Mahkamah Agung mempertimbangkan dan mencabut konstitusionalitas pelucutan politik bagi<br />

para pendukung Konfederasi. Ex Parte Garland menyangkut konstitusionalitas sumpah<br />

ironclad, yang ditantang oleh seorang pengacara yang tidak bisa mengambil sumpah<br />

demikian, karena ia pernah menjabat di Pengadilan Arkansas, suatu negara Konfederasi.<br />

Dampak sumpah tersebut adalah bahwa ia tidak bisa lagi berpraktik, karena statusnya di masa<br />

lalu. 18 Kasus lainnya, Cummungs v. Missouri, merupakan tantangan terhadap sumpah serupa<br />

dalam konstitusi negara bagian. Sebagai syarat untuk dapat memilih di negara bagian tersebut,<br />

selain memegang jabatan publik, mengajar dan bekerja dalam profesi lain, seperti menjadi<br />

pendeta, Konstitusi Missouri mewajibkan para calon untuk menyatakan apakah mereka pernah<br />

“mengangkat senjata melawan Amerika Serikat” atau “dengan tindakan atau kata-kata …<br />

menyatakan kesetiaan terhadap musuh-musuh Amerika Serikat”. 19 Dalam kasus Garland dan<br />

Cummings, Mahkamah Agung menolak sumpah Rekonstruksi, dan menyatakan bahwa<br />

meskipun secara garis besar hal tersebut serupa dengan sanksi perdata, mereka merupakan<br />

bentuk hukuman yang tidak diizinkan. Pertanyaan yang relevan tentang apakah sumpah<br />

kesetiaan dapat dianggap sebagai kualifikasi valid untuk memegang jabatan publik, menurut<br />

Mahkamah Agung, bergantung pada kaitan antara tindakan yang relevan dan jabatan yang<br />

dimaksudkan, yaitu kekuatan hubungan antara cara-cara legislatif dan tujuan yang hendak<br />

dicapai. Mahkamah Agung menyatakan bahwa luasnya jangkauan sumpah ini membelokkan<br />

tujuan semula untuk menjamin ketaatan pada Serikat. Penerapan persyaratan politis ini<br />

dianggap sebagai kebijakan punitif. Meskipun sumpah ini memiliki bentuk perdata,<br />

pencabutan hak ini dianggap sebagai bentuk hukuman. Pelucutan secara luas tanpa<br />

memandang secara spesifik merupakan hambatan inkonstitusional terhadap kebebasan<br />

berasosiasi. Kebebasan berbicara dan hak-hak lainnya juga dipermasalahkan, demikian pula<br />

apakah ada kaitan langsung antara diskualifikasi politik dan jabatan yang dipermasalahkan.<br />

Mahkamah Agung menolak tujuan Rekonstruksi dari pemerintah dan menyatakan bahwa<br />

secara konstitusional, hal demikian tidak bisa dirasionalisasikan dalam transformasi.<br />

Pelucutan pasca-Perang Saudara ini nyaris tidak bersesuaian dengan intuisi kita tentang<br />

penghukuman pada masa biasa: bahkan interpretasi konstitusional terhadap tindakan era<br />

Rekonstruksi ini dipandu oleh preseden transisional lainnya dalam masa-masa perubahan<br />

politik radikal dalam sejarah Anglo-Amerika. Undang-undang era Rekonstruksi serupa dengan<br />

apa yang dilarang dalam klausul “bill of attainder” dalam Konstitusi. Seperti juga bill of<br />

attainder, sumpah era Rekonstruksi dianggap sebagai penerapan hukuman tanpa proses<br />

judisial yang lazim. Ketiadaan proses judisial yang biasanya dikaitkan dengan pemberian<br />

hukuman, seperti perlindungan terhadap retroaktivitas, menjadikan sumpah tersebut<br />

inkonstitusional. Sepanjang sejarah Anglo-Amerika, tindakan serupa pernah diberlakukan,<br />

16 Lihat Ex Parte McCardle, 74 US (7 Wall.) 504 (1869).<br />

17 Lihat Ex Parte Milligan, 71 US (4 Wall.) 2 (1866).<br />

18 Lihat Ex Parte Garland, 71 US (4 Wall.) 333 (1866).<br />

19 Lihat Cummings v. Missouri, 71 US (4 Wall.) 277, 279 (1866).<br />

8

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!