12.11.2015 Views

KONSTITUSIONALISME AGRARIA

1TBacat12

1TBacat12

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

2. Negara sebagai subyek, diberi kedudukan tidak sebagai<br />

perseorangan, tetapi sebagai negara, jadi sebagai badan<br />

kenegaraan, sebagai badan yang publiek rechtelijk. Hak negara<br />

adalah hak dominium juga dan disamping itu dapat juga<br />

digunakan istilah hak publique.<br />

3. Negara sebagai subyek, dalam arti tidak sebagai perseorangan<br />

dan tidak sebagai badan kenegaraan, akan tetapi negara sebagai<br />

personafikasi rakyat seluruhnya, sehingga dalam konsepsi ini<br />

negara tidak lepas dari rakyat, negara hanya menjadi pendiri,<br />

menjadi pendukung daripada kesatuan-kesatuan rakyat.<br />

Apabila demikian, maka hak negara dapat berupa;<br />

a. Hak kommunes, kalau negara sebagai personafikasi yang<br />

memegang kekuasaan atas tanah, dan;<br />

b. Hak emperium, apabila memegang kekuasaan tentang<br />

pemakaiannya tanah saja.<br />

Hubungan yang tersebut pada no. 3, negara sebagai personifikasi<br />

rakyat bersama, kiranya yang paling tepat karena kalau ditinjau<br />

dari sudut perikemanusiaan, sesuai dengan sifat makhluk sosial<br />

juga dengan sifat perseorangan yang merupakan kesatuan daripada<br />

individu-individunya (Soetiknjo, 1987:37-8). Konsep yang tersebut<br />

pada angka 3 di atas menjadi prinsip dari politik hukum UUPA. 19<br />

Jika ditelaah lebih mendalam, konsepsi negara menguasai ini,<br />

mengasumsikan “Negara berdiri di atas kepentingan semua golongan”<br />

atau dalam istilah Kuntowijoyo “Negara Budiman.” Padahal, pada<br />

kenyataannya tidak demikian, karena negara merupakan organisasi<br />

kekuasaan yang sarat dengan sejumlah kepentingan kelompok<br />

19<br />

Bandingkan hal ini dengan pendapat Maria Sumardjono yang menyebutkan ada<br />

dua pendekatan mengenai hubungan antara negara dengan tanah. Pendekatan pertama<br />

menyatakan apabila negara (berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 2 UUPA)<br />

mempunyai hak menguasai, maka negara sebagai badan penguasa diberi wewenang<br />

(dalam bidang publik) oleh bangsa Indonesia, sebagaimana halnya penguasa adat yang<br />

diberi wewenang oleh masyarakat hukumnya. Pendekatan kedua menggunakan model<br />

Notonagoro yang menyebutkan bahwa negara mempunyai wewenang untuk menguasai<br />

tanah karena negara merupakan perwujudkan (personifikasi) dari rakyat. Dengan kata lain,<br />

hak menguasai itu sudah melekat dengan sendirinya pada negara dalam kedudukannya<br />

selaku wakil rakyat yang bersatu sebagai bangsa Indonesia (Sumardjono, 2009:130).<br />

70<br />

Konstitusionalisme Agraria

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!