12.11.2015 Views

KONSTITUSIONALISME AGRARIA

1TBacat12

1TBacat12

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sementara itu, berkaitan dengan frasa “untuk mendapatkan<br />

persetujuan pemerintah” dalam Pasal 171 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2009,<br />

Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa hal itu sudah tepat karena<br />

hal itu diatur dalam Bab XXV Ketentuan Peralihan yang merupakan<br />

tindak lanjut dari ketentuan Pasal 169 yang mengatur tentang KK<br />

dan PKP2B yang telah ada sebelum berlakunya UU Minerba dan<br />

masih tetap berlaku sampai jangka waktu berakhirnya kontrak/<br />

perjanjian. Pengaturan mengenai KK dan PKP2B tersebut sudah<br />

seharusnya mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat dan<br />

dilakukan secara transparan, partisipatif, bertanggung jawab, terpadu<br />

dengan tetap memperhatikan pendapat dari instansi Pemerintah<br />

terkait, masyarakat, serta dengan mempertimbangkan aspek ekologi,<br />

ekonomi, dan sosial budaya, serta berwawasan lingkungan. Selain<br />

itu, adanya persetujuan dari Pemerintah Pusat dalam hal KK dan<br />

PKP2B tersebut bertujuan agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi<br />

tumpah tindih yang menimbulkan adanya ketidakpastian hukum bagi<br />

perusahaan pertambangan maupun masyarakat. Aturan peralihan<br />

tersebut menjadi sangat penting dalam rangka penyesuaian dan untuk<br />

menjamin kepastian hukum.<br />

26. PUU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk<br />

Kepentingan Umum<br />

Indonesian Human Rights Committee For Social Justice (IHCS)<br />

dkk. mengajukan permohonan terhadap UU No. 2 Tahun 2012<br />

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan<br />

Umum yang diregistrasi di Mahkamah Konstitusi dengan perkara<br />

No. 50/PUU-X/2012. Permohonan ini pada intinya menyangkut<br />

beberapa hal berikut: (a) Pengadaan tanah yang semestinya bersifat<br />

sukarela diubah menjadi suatu kewajiban warga negara. Sehingga<br />

diabaikannya prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat, karena<br />

ketidakmufakatan masyarakat tetap dipaksakan dengan keputusan<br />

gubernur dan pengadilan; (b) Bahwa jalan tol yang tercantum<br />

dalam Pasal 10 huruf b UU No. 2 Tahun 2012 tidak termasuk<br />

kegiatan untuk kepentingan umum, karena tidak setiap orang dapat<br />

Konstitusi Agraria dan Mahkamah Konstitusi 287

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!